Kamu mungkin sering dengar kata “kontemporer”, apalagi pas lagi bahas seni atau tren zaman sekarang. Tapi sebenarnya, apa sih arti kontemporer itu? Kata ini sering dipakai, tapi nggak semua orang paham maknanya secara utuh.
Secara sederhana, “kontemporer” berarti sesuatu yang terjadi atau berkembang di masa kini. Tapi kalau kita gali lebih dalam, istilah ini bisa merujuk pada cara berpikir, gaya hidup, bahkan cara berkarya yang mencerminkan semangat zaman modern.
Misalnya, dalam dunia seni, seni kontemporer itu bukan cuma soal lukisan abstrak atau instalasi aneh yang suka bikin bingung. Itu adalah bentuk ekspresi dari isu-isu kekinian, kayak teknologi, identitas, lingkungan, dan lainnya.
Nah, artikel ini bakal ngajak kamu ngulik lebih jauh tentang arti kontemporer dari berbagai sisi—dari seni, budaya, sampai kehidupan sehari-hari. Siapa tahu, setelah ini kamu jadi lebih paham dan bisa ikut ngobrol asik soal hal-hal yang kekinian!
Istilah kontemporer kerap kita temui dalam berbagai konteks: seni kontemporer, musik kontemporer, budaya kontemporer, bahkan gaya hidup kontemporer. Namun, apa sebenarnya arti kontemporer? Apakah sekadar berarti “kekinian”? Mengapa istilah ini menjadi penting di berbagai bidang, dari seni hingga pendidikan, dari teknologi hingga politik?
Artikel ini membahas arti kontemporer secara mendalam dari sisi bahasa, sejarah pemikiran, seni dan budaya, hingga peranannya dalam masyarakat dan tantangan yang dihadapinya. Lebih dari sekadar kata sifat, kontemporer adalah cerminan sikap terhadap zaman dan perubahan.
Asal-Usul dan Arti Dasar Kata Kontemporer
Kata kontemporer berasal dari bahasa Latin contemporarius, gabungan dari con- (bersama) dan temporarius (waktu), sehingga berarti “berlangsung dalam waktu yang sama”. Dalam Bahasa Indonesia, menurut KBBI, arti kata kontemporer adalah: “pada waktu yang sama; semasa; sewaktu; pada masa kini; dewasa ini.”
Namun, dalam konteks yang lebih luas — seni, budaya, pemikiran — kontemporer bukan sekadar soal waktu, melainkan menyangkut relevansi ide, ekspresi terhadap zaman, dan refleksi atas kehidupan masa kini.
Kontemporer dalam Sejarah Pemikiran dan Estetika
Perbedaan dengan Modern dan Tradisional
Tradisional: Mengacu pada warisan budaya atau norma yang diwariskan secara turun-temurun. Biasanya stabil dan mapan.
Modern: Mewakili pembaruan dari tradisi, berkembang di akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Dikenal dengan semangat rasionalitas, abstraksi, dan inovasi struktural.
Kontemporer: Bukan hanya kelanjutan dari modern, tetapi juga refleksi terhadap masa kini secara lebih cair dan plural. Ia bisa mengandung elemen tradisional maupun modern, asalkan relevan dengan konteks zaman.
Evolusi Menuju Seni Kontemporer
Setelah puncak modernisme, banyak seniman dan pemikir merasa perlu untuk keluar dari batasan estetika yang ketat. Munculnya seni kontemporer menandai fase di mana bentuk, medium, dan makna tidak lagi dibatasi oleh satu aliran tunggal. Eksperimen, kritik sosial, dan kolaborasi lintas disiplin menjadi ciri khas.
Kontemporer dalam Seni dan Budaya
Seni Rupa Kontemporer
Seni rupa kontemporer tidak lagi terbatas pada kanvas dan cat minyak. Mediumnya bisa berupa instalasi, video, objek temuan (found objects), hingga seni digital. Seniman kontemporer sering mengangkat tema politis, sosial, lingkungan, atau personal, dengan pendekatan yang tidak terduga dan mengundang dialog.
Musik dan Tari Kontemporer
Musik kontemporer menolak pembatasan genre. Ia bisa memadukan unsur tradisional dengan elektronik, eksperimental, dan gaya-gaya lain. Tari kontemporer pun menolak pola klasik dan membuka ruang bagi gerakan yang bebas, kadang spontan, dan sarat makna simbolik.
Sastra dan Film Kontemporer
Dalam sastra, kontemporer berarti gaya naratif yang cair, non-linier, dan sering kali mengangkat isu identitas, politik, dan eksistensial. Film kontemporer menggunakan teknik visual baru, mengeksplorasi realitas sosial, dan memperluas distribusi lewat media digital.
Kontemporer dalam Kehidupan Sosial dan Teknologi
Budaya Pop dan Media Sosial
Kehidupan kontemporer sangat dipengaruhi oleh kecepatan informasi dan gaya hidup digital. Media sosial membentuk cara kita menilai diri, berbagi opini, bahkan mencipta seni. Bahasa gaul, meme, gaya berpakaian, dan gaya bicara menjadi bagian dari ekspresi kontemporer.
Teknologi dan Inovasi
Teknologi digital telah mengubah segalanya: dari cara kita mencipta hingga cara kita berpikir. Kecerdasan buatan, realitas virtual, dan algoritma media sosial kini membentuk cara kita melihat dunia — dan juga membentuk ekspresi kontemporer itu sendiri.
Pemikiran Kritis dan Isu Global
Kontemporer mengajak kita menanggapi isu-isu global seperti perubahan iklim, keadilan sosial, hak asasi manusia, dan peran teknologi dalam kehidupan. Gagasan-gagasan ini muncul dalam karya seni, film, desain, dan juga dalam diskursus publik yang berkembang setiap hari.
Karakteristik Kontemporer
Beberapa ciri utama dari pendekatan kontemporer adalah:
Relevan terhadap masa kini
Menyuarakan isu sosial dan budaya
Terbuka terhadap eksperimen
Fleksibel dalam bentuk dan medium
Berani melampaui batas konvensional
Partisipatif dan interaktif
Kritis terhadap tradisi, tetapi tidak menolaknya mentah-mentah
Terhubung dengan konteks global maupun lokal
Kontemporer dalam Konteks Indonesia
Seni dan Tari
Di Indonesia, seni kontemporer sering kali mengambil bentuk hibrida antara tradisi dan inovasi. Banyak seniman mengangkat tema lokal, seperti budaya daerah, identitas pascakolonial, dan isu sosial. Tari kontemporer Indonesia menggabungkan akar gerakan tradisional dengan kebebasan gerak dan interpretasi baru.
Budaya Sehari-hari
Budaya kontemporer juga hidup dalam keseharian: dalam fashion yang memadukan batik dengan streetwear, dalam makanan yang memadukan cita rasa lokal dengan penyajian modern, atau dalam film dan musik yang mengeksplorasi persoalan urban, gender, dan identitas.
Tantangan Lokal
Beberapa tantangan dalam perkembangan kontemporer di Indonesia antara lain:
Ketegangan antara pelestarian budaya dan dorongan inovasi
Keterbatasan infrastruktur dan apresiasi seni di luar kota besar
Komersialisasi yang kadang melemahkan nilai kritik dalam karya
Risiko kehilangan identitas lokal dalam mengejar “kekinian” global
Tantangan dan Kritik terhadap Kontemporer
Meskipun penuh potensi, kontemporer tidak lepas dari kritik:
Definisi yang kabur: Apa yang kontemporer hari ini bisa dianggap usang esok hari.
Pasar mendikte arah karya: Komersialisasi kadang membuat seniman kehilangan orisinalitas.
Elitisme dalam akses dan pemahaman: Tidak semua orang memiliki akses atau mampu memahami karya kontemporer.
Tekanan untuk selalu baru: Kecepatan tren bisa menimbulkan kelelahan dan kehilangan makna.
Nilai dan Manfaat Kontemporer
Pendekatan kontemporer memiliki berbagai manfaat penting:
Mendorong inovasi dan kreativitas
Meningkatkan kesadaran terhadap isu-isu sosial dan lingkungan
Menghidupkan dialog antara budaya lokal dan global
Menumbuhkan kebebasan berekspresi dan pemikiran kritis
Kontemporer sebagai Sikap Hidup
Menjadi kontemporer bukan berarti sekadar mengikuti tren. Ini adalah sikap:
Berani berpikir kritis terhadap norma yang ada
Sadar terhadap konteks sosial dan budaya
Mau belajar dan beradaptasi dengan perubahan
Tidak terjebak nostalgia masa lalu, namun tetap menghargainya
Mampu menciptakan hal baru yang bermakna, bukan sekadar populer
Penutup
Kontemporer adalah cerminan dari zaman kita: kompleks, cepat berubah, penuh tantangan, namun juga kaya potensi. Dalam seni, budaya, dan kehidupan, kontemporer menawarkan ruang bagi inovasi, kritik, dialog, dan keberagaman. Ia mengajak kita untuk hadir secara penuh di masa kini, menyadari siapa kita, dari mana kita berasal, dan ke mana kita ingin menuju.
Memahami arti kontemporer bukan hanya untuk seniman, tapi untuk siapa pun yang ingin hidup dengan kesadaran, kreativitas, dan keberanian di tengah dunia yang terus berubah.
