Pengertian Avoidant – Pernah nggak sih kamu ketemu orang yang kelihatannya cuek, susah didekati, atau selalu menghindar dari obrolan? Tapi setelah kenal lebih dekat, ternyata mereka bukan nggak suka bersosialisasi, cuma takut ditolak atau nggak percaya diri. Nah, bisa jadi mereka punya sifat yang disebut avoidant.
Avoidant adalah kecenderungan seseorang untuk menjauh dari hubungan sosial atau interaksi karena takut dikritik, ditolak, atau merasa nggak cukup baik. Bukan berarti mereka nggak butuh teman atau nggak ingin dekat dengan orang lain, tapi rasa cemas dan malu sering kali lebih besar dari keinginannya untuk bergaul.
Sifat avoidant ini bisa muncul dalam berbagai bentuk, dari yang ringan seperti suka menyendiri, sampai yang cukup parah seperti benar-benar menghindari kontak sosial. Dalam dunia psikologi, ini dikenal sebagai bagian dari Avoidant Personality Disorder (AvPD), sebuah kondisi yang cukup serius kalau dibiarkan begitu saja.
Di artikel ini, kita akan bahas lebih lanjut tentang apa itu avoidant, ciri-cirinya, penyebabnya, dan bagaimana cara menghadapinya. Siapa tahu, kamu jadi lebih paham tentang diri sendiri atau orang-orang di sekitarmu. Yuk, simak terus!
Apa Itu Avoidant?
Avoidant atau avoidant personality biasanya merujuk pada seseorang yang memiliki kecenderungan untuk menghindari interaksi sosial karena merasa tidak cukup percaya diri, takut ditolak, atau takut dikritik. Istilah ini sering dikaitkan dengan kondisi psikologis yang disebut Avoidant Personality Disorder (AvPD), yaitu salah satu gangguan kepribadian yang membuat seseorang merasa sangat tidak nyaman dalam hubungan sosial, meskipun mereka sebenarnya ingin dekat dengan orang lain.
Orang yang memiliki sifat atau gangguan avoidant sering kali menarik diri dari lingkungan sosial, bukan karena tidak suka bergaul, tetapi karena mereka takut disakiti secara emosional. Mereka bisa merasa minder, malu, atau berpikir bahwa mereka tidak cukup baik dibandingkan orang lain. Ini berbeda dengan orang introvert biasa, yang memang lebih nyaman sendiri tapi tidak merasa cemas saat harus bersosialisasi.
Ciri-Ciri Seseorang yang Avoidant
Beberapa ciri umum dari seseorang yang memiliki kepribadian avoidant antara lain:
- Sangat sensitif terhadap kritik atau penolakan
- Sering merasa tidak cukup baik atau tidak pantas disukai orang lain
- Menghindari kegiatan sosial atau pekerjaan yang melibatkan banyak interaksi
- Sulit membentuk hubungan dekat, meskipun menginginkannya
- Lebih memilih menyendiri daripada berisiko merasa malu atau gagal
Perlu dicatat, tidak semua orang yang malu-malu atau pendiam tergolong avoidant. Sifat ini menjadi masalah ketika mulai mengganggu kehidupan sehari-hari, pekerjaan, atau hubungan pribadi.
Penyebab Sifat Avoidant
Belum ada penyebab pasti dari avoidant personality, tapi beberapa faktor yang bisa memengaruhinya antara lain:
- Pengalaman masa kecil, seperti sering dikritik, diabaikan, atau direndahkan oleh orang tua atau lingkungan.
- Trauma sosial, misalnya pernah dipermalukan atau ditolak secara ekstrem dalam hubungan atau pergaulan.
- Faktor genetik dan biologis, termasuk cara otak merespons stres atau rasa takut.
- Lingkungan yang tidak mendukung, yang membuat seseorang belajar untuk “menjaga jarak” sebagai bentuk perlindungan diri.
Dampak dan Cara Mengatasinya
Kalau tidak ditangani, sifat avoidant bisa membuat seseorang terisolasi, kesepian, dan bermasalah dalam karier atau hubungan. Namun, kabar baiknya, kondisi ini bisa dibantu dengan terapi dan dukungan yang tepat.
Beberapa cara yang bisa membantu antara lain:
- Terapi kognitif perilaku (CBT), untuk membantu mengubah pola pikir negatif tentang diri sendiri dan orang lain.
- Terapi interpersonal, yang fokus pada peningkatan keterampilan sosial dan hubungan.
- Dukungan dari orang terdekat, yang bisa memberikan rasa aman dan penerimaan.
- Membangun rasa percaya diri secara perlahan, misalnya dengan mencoba berinteraksi dalam lingkungan yang kecil dan aman.
Kesimpulan
Avoidant adalah kecenderungan untuk menghindari hubungan sosial karena rasa takut ditolak atau dianggap tidak cukup baik. Meskipun terlihat seperti pemalu, sifat ini bisa jauh lebih dalam dan kompleks. Dengan memahami penyebab dan tanda-tandanya, kita bisa lebih empati terhadap orang-orang di sekitar kita yang mungkin mengalami hal ini, dan bagi yang mengalaminya, penting untuk tahu bahwa ada jalan untuk menjadi lebih baik.
