Ali bin Abi Thalib adalah salah satu sahabat terkemuka Nabi Muhammad SAW. Dikenal karena kebijaksanaan dan kedalaman nasihatnya, Ali bin Abi Thalib sering kali memberikan petuah yang menginspirasi dan memotivasi. Setiap kata-kata bijaknya memiliki kekuatan untuk membangkitkan semangat dan memberikan panduan hidup yang bermanfaat bagi pendengar maupun pembaca.
Ali bin Abi Thalib, sahabat terdekat Rasulullah SAW, memeluk Islam sejak usia sepuluh tahun. Sejak kecil, Ali tidak pernah menyembah berhala dan dikenal memiliki hati yang mulia serta budi pekerti yang indah. Ia termasuk salah satu dari sepuluh sahabat yang dijamin masuk surga oleh Rasulullah SAW.
Menurut Jalaluddin Suyuthi dalam bukunya Tarikh Khulafa (Makkah, Maktabah Nizar Musthafa Al Baz, 2004, halaman 137), Ali meriwayatkan sebanyak 586 hadis dari Rasulullah. Sedangkan, tiga orang anaknya—Hasan, Husein, dan Muhammad Al-Hanafiyah—juga meriwayatkan hadis darinya.
Sebagai seorang ayah, Ali dikenal sangat mencintai dan menyayangi anak-anaknya, Hasan dan Husein. Ia memberikan perhatian penuh dan kasih sayang yang mendalam kepada keduanya. Banyak kisah dalam tradisi Islam yang menceritakan tentang kasih sayang Ali terhadap putra-putranya.
Salah satu sifat terpuji Ali sebagai ayah adalah kesabaran dan kelemahlembutan dalam mendidik Hasan dan Husein. Ali tidak hanya memberikan kasih sayang, tetapi juga sering memberikan nasihat dan hikmah untuk mengajarkan nilai-nilai moral dan panduan hidup kepada mereka.
Wasiat Bijak Ali bin Abi Thalib untuk Kehidupan
Ali bin Abi Thalib, sahabat dekat Rasulullah SAW, dikenal karena kebijaksanaan dan nasihatnya yang mendalam. Salah satu wasiat terkenalnya kepada anak-anaknya adalah:
“Wahai Anakku, bahwa yang paling kusukai untuk engkau amalkan dari wasiatku ini, adalah bertakwa kepada Allah dan membatasi diri mengamalkan apa yang diwajibkan atasmu, serta meneladani leluhurmu dan orang-orang yang saleh dari keluarga mu.”
Takwa sebagai Lentera Hidup
Takwa kepada Allah merupakan prinsip yang sangat penting dalam kehidupan setiap Muslim. Takwa adalah lentera dan perahu bagi orang beriman, menuntun mereka untuk selamat di dunia dan akhirat. Tanpa takwa, manusia akan mudah terjebak dalam dunia yang penuh dengan intrik, tipuan, dosa, dan hawa nafsu. Takwa berfungsi sebagai kompas yang menunjukkan arah yang benar dalam kehidupan.
Ahmad bin Muhammad as-Shawi, dalam Hasyiah al-Shawi ala al-Jalalain (Beirut; Dar Kutub al Ilmiah, jilid IV, 2006, halaman 397), mengutip nasihat bijak dari Luqman al-Hakim tentang pentingnya takwa:
“يا بُنَيَّ إِنَّ الدُّنْيَا بَحْرٌ عَمِيقٌ يَغْرَقُ فِيهِ نَاسٌ كَثِيرٌ، فَلْتَكُنْ سَفِينَتُكَ فِيهَا تَقْوَى اللَّهِ تَعَالَى، وَحَشْوُهَا الْإِيمَانُ بِاللَّهِ تَعَالَى، وَشِرَاعُهَا التَّوَكُّلُ عَلَى اللَّهِ لَعَلَّكَ تَنْجُو”
Artinya: “Wahai anakku, sesungguhnya dunia adalah lautan yang sangat dalam. Banyak manusia terjebak dan tenggelam di dalamnya. Maka jadikanlah iman sebagai sampan, takwa kepada Allah sebagai layar agar engkau tidak tenggelam dalam gemerlap lautan dunia ini.”
Menolong Orang yang Berhutang
Salah satu nasihat Ali bin Abi Thalib adalah pentingnya menolong orang yang berhutang. Ia menganjurkan untuk meminjami uang kepada mereka yang membutuhkan, karena perbuatan tersebut sangat mulia dan meringankan beban orang yang tengah kesulitan. Ali berkata:
“Wahai anakku, gunakanlah kesempatan mengutangi siapa yang meminta diberi utang pada saat engkau mampu, agar dia dapat mengembalikan utangnya saat krisis menimpamu. Ketahuilah di hadapanmu terdapat jalan yang penuh pendakian dan kesulitan, siapa yang ringan bebannya ketika itu lebih baik keadaannya daripada yang berat, yang lambat jalannya lebih buruk dari yang cepat.”
Hadis Rasulullah SAW juga menjelaskan keutamaan menolong dan membantu orang yang membutuhkan, yang pahalanya sangat besar. Rasulullah bersabda:
“مَنْ مَشٰى فِى حَاجَةِ اَخِيهِ الْمُسْلِمِ كَتَبَ اﷲ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ سَبْعِينَ خَسَنَة وَكَفَرَ عَنْهْ سَبْعِينَ سَيِّاءَة”
Artinya: “Siapa saja yang berjalan dalam rangka memenuhi hajat saudaranya yang muslim, maka setiap satu langkah akan dibalas dengan tujuh puluh kebaikan dan dijauhkan dari tujuh puluh keburukan.”
Jangan Putus Asa dari Rahmat Allah
Ali bin Abi Thalib juga menekankan pentingnya tidak berputus asa dari rahmat Allah. Ketika menghadapi kemalangan atau musibah, seharusnya kita tidak kehilangan harapan atau berprasangka buruk terhadap Allah. Allah adalah pemberi rencana terbaik. Jika doa dan pinta belum dikabulkan, mungkin Allah menunggu momen yang tepat, karena apa yang kita anggap baik belum tentu terbaik, dan sebaliknya.
“Jangan sekali-kali engkau berputus asa terdorong oleh kelambatan pengabulan-Nya, karena anugerah sesuai dengan niat pemohonnya. Boleh jadi pengabulannya ditunda agar itu menjadikan ganjaran lebih agung bagi pemohon dan anugerah lebih besar buat si pengharap.”
Menjauhi Harta yang Haram
Nasihat Ali yang lainnya adalah mengenai larangan memakan harta yang haram. Dalam Islam, memakan harta yang haram dilarang untuk melindungi keadilan dan kesejahteraan masyarakat. Beberapa ayat dalam Al-Qur’an menegaskan larangan ini, seperti:
“وَلَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِّنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ”
Artinya: “Dan janganlah kamu memakan harta kamu di antara kamu dengan cara yang batil dan (dengan) membawanya kepada hakim dengan maksud supaya kamu dapat memakan sebagian daripada harta benda orang lain itu dengan dosa (yang nyata).” (QS. Al-Baqarah: 188)
Ali bin Abi Thalib juga menambahkan, “Seburuk-buruk makanan adalah yang haram. Seburuk-buruk penganiayaan adalah menganiaya yang lemah, penggunaan kelemahlembutan jika bukan pada tempatnya, menambah kekerasan, sedang bersikap tegas pada tempatnya melahirkan kelemahlembutan.”
Kesimpulan
Wasiat Ali bin Abi Thalib yang bijak ini mengajarkan kita tentang pentingnya takwa, menolong sesama, tidak berputus asa dari rahmat Allah, dan menjauhi harta yang haram. Semoga nasihat-nasihat ini bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Sumber https://islam.nu.or.id/tasawuf-akhlak/4-nasihat-bijak-ali-bin-abi-thalib-pada-putranya-hasan-dan-husein-W27bC
Demikian pembahasan Admin DomainJava mengenai