3 Asas dalam Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara

3 Asas dalam Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara? Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk, dengan beragam suku, bahasa, budaya, dan agama yang hidup berdampingan. Dalam dunia yang semakin terbuka, masyarakat Indonesia juga dihadapkan pada masuknya berbagai pengaruh asing melalui globalisasi dan kemajuan teknologi. Perubahan ini membawa berbagai tantangan dan peluang yang perlu disikapi dengan bijak, khususnya dalam dunia pendidikan.

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, telah jauh hari memberikan panduan dalam menghadapi dinamika semacam ini. Ia menekankan bahwa dalam mendidik dan menuntun anak bangsa menuju kodratnya, para pendidik tidak boleh mengabaikan identitas bangsa, budaya sendiri, dan kondisi masyarakat. Untuk itu, ia memperkenalkan konsep Asas Trikon, sebagai pendekatan budaya dalam proses pendidikan dan pembentukan karakter.

3 Asas dalam Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara

Trikon adalah singkatan dari Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris, tiga prinsip penting yang menjadi pegangan dalam menyikapi pertemuan antara budaya lokal dan pengaruh luar. Berikut penjelasan 3 Asas dalam Trikon Menurut Ki Hajar Dewantara tersebut:


1. Kontinyu (Asas Keberlanjutan)

Asas kontinyu menekankan pentingnya kesinambungan budaya dalam proses pendidikan dan kehidupan bermasyarakat. Menurut Ki Hajar Dewantara, setiap perubahan dan perkembangan harus tetap berakar pada nilai-nilai budaya yang telah ada. Dengan kata lain, meskipun masyarakat mengalami perubahan akibat perkembangan zaman atau pengaruh asing, nilai-nilai dan identitas bangsa tidak boleh terputus.

Penerapan asas kontinyu berarti menjaga kelangsungan tradisi, kearifan lokal, dan nilai-nilai luhur bangsa sebagai fondasi dalam menerima hal-hal baru. Budaya yang baik dari masa lalu tetap dipertahankan dan dijadikan dasar untuk membangun peradaban masa depan.

Contohnya, dalam dunia pendidikan, pengenalan teknologi modern di sekolah sebaiknya tetap disandingkan dengan pembelajaran nilai-nilai seperti gotong royong, sopan santun, dan cinta tanah air. Dengan demikian, generasi muda tidak tercerabut dari akar budayanya, meskipun hidup di era digital.


2. Konvergen (Asas Penyesuaian)

Asas konvergen berarti adanya proses penyesuaian antara budaya luar yang masuk dan budaya lokal yang telah ada. Ki Hajar Dewantara tidak menolak budaya asing, tetapi mengajarkan agar budaya luar tidak langsung diadopsi begitu saja. Budaya asing harus diolah dan disesuaikan terlebih dahulu dengan nilai, norma, serta karakter bangsa Indonesia.

Prinsip ini mendorong sikap terbuka terhadap pengaruh luar, namun tetap selektif. Bukan meniru, tetapi mengambil yang sesuai dan bermanfaat. Konvergensi berarti mempertemukan dua hal yang berbeda untuk menghasilkan sesuatu yang baru, namun tetap selaras dengan kepribadian bangsa.

Sebagai contoh, penggunaan media sosial dan gaya berpakaian modern bisa diterima, asalkan tetap sesuai dengan etika dan norma kesopanan bangsa. Demikian pula dengan sistem pembelajaran asing, dapat diadaptasi sesuai kebutuhan dan karakter siswa Indonesia.


3. Konsentris (Asas Berpusat pada Budaya Sendiri)

Asas konsentris adalah prinsip bahwa segala bentuk perubahan dan perkembangan harus berpangkal dari budaya sendiri. Budaya lokal menjadi pusat orientasi dalam menerima pengaruh asing dan dalam membentuk kehidupan masyarakat. Budaya asing hanya dipandang sebagai pelengkap atau penunjang yang tidak boleh menggeser nilai-nilai utama dari budaya bangsa.

Dalam konteks pendidikan, asas konsentris mendorong para pendidik untuk membentuk kurikulum dan metode pembelajaran yang berakar pada budaya Indonesia, bukan sekadar meniru sistem luar. Siswa didorong untuk berkembang sebaik-baiknya, namun tetap membawa identitas dan kepribadian bangsa.

Asas ini membantu mencegah krisis identitas, di mana generasi muda cenderung mengagumi budaya luar dan melupakan budaya sendiri. Dengan konsentris sebagai prinsip, setiap inovasi atau pembaruan tetap berpijak pada nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.


Penutup

Konsep Trikon yang dicetuskan Ki Hajar Dewantara — Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris — adalah panduan yang sangat relevan dalam menyikapi keberagaman dan pengaruh asing di tengah masyarakat Indonesia yang terus berkembang. Ketiga asas ini tidak hanya menjadi pedoman dalam dunia pendidikan, tetapi juga menjadi landasan dalam menjaga identitas bangsa di tengah arus globalisasi.

Dengan menerapkan asas Trikon, masyarakat Indonesia dapat tetap terbuka terhadap perubahan dan kemajuan dunia, tanpa kehilangan jati dirinya. Para pendidik dan generasi muda diharapkan mampu menuntun perubahan dengan tetap berpijak pada nilai-nilai budaya bangsa yang luhur, agar Indonesia dapat terus tumbuh menjadi bangsa yang maju namun tetap berakar kuat pada budayanya sendiri.