Demokrasi Yang Diterapkan Pada Masa Orde Baru Adalah Demokrasi Pancasila Sedangkan Demokrasi Pada Masa Orde Lama

Demokrasi yang diterapkan pada masa orde baru adalah demokrasi Pancasila sedangkan demokrasi pada masa orde lama di sebut demokrasi…

A. Formal

B. Terpimpin

C. Material

D. Langsung

E. Konstitusional

Jawaban yang tepat adalah:

B. Terpimpin

Pada masa Orde Lama, Indonesia menerapkan demokrasi terpimpin yang diprakarsai oleh Presiden Soekarno. Demokrasi ini menekankan pada kepemimpinan terpusat di tangan presiden, dengan tujuan untuk menghindari konflik politik dan menciptakan stabilitas nasional. Dalam demokrasi terpimpin, partai politik dan lembaga legislatif memiliki peran yang lebih terbatas, sementara keputusan-keputusan besar lebih banyak diputuskan oleh presiden.

Demokrasi Terpimpin pada Masa Orde Lama

Pada masa Orde Lama, Indonesia mengadopsi demokrasi terpimpin sebagai sistem pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden Soekarno. Demokrasi terpimpin ini sangat berbeda dengan sistem demokrasi lainnya yang lebih menekankan pada pemisahan kekuasaan dan kebebasan politik yang lebih luas. Dalam artikel ini, kita akan membahas secara lebih mendalam mengenai konsep demokrasi terpimpin, karakteristik utamanya, serta dampak dari penerapan sistem ini bagi perkembangan politik Indonesia.

Pengertian Demokrasi Terpimpin

Demokrasi Terpimpin adalah bentuk sistem pemerintahan yang diterapkan di Indonesia pada masa Orde Lama di bawah kepemimpinan Presiden Soekarno. Sistem ini mengutamakan peran sentral Presiden dalam pengambilan keputusan penting bagi negara, di mana Soekarno sebagai pemimpin negara dianggap sebagai figur yang dapat menyatukan berbagai kepentingan politik dan sosial dalam negeri. Demokrasi ini juga cenderung mengurangi peran serta partai politik dan lembaga-lembaga legislatif dalam proses pembuatan keputusan.

Soekarno melihat demokrasi yang ada pada masa itu tidak berjalan dengan baik, banyaknya perpecahan, dan konflik politik yang terjadi antara berbagai partai politik serta ketidakstabilan yang mengganggu pembangunan nasional. Oleh karena itu, ia merasa perlu untuk mengubah sistem pemerintahan Indonesia menuju sistem yang lebih terpusat, di mana dirinya berperan sebagai pemimpin yang memberi arahan dan keputusan final dalam setiap kebijakan.

Karakteristik Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan bentuk demokrasi lainnya, di antaranya:

  1. Kekuasaan Terpusat pada Presiden
    Dalam sistem demokrasi terpimpin, Presiden memiliki kekuasaan yang sangat besar dan dominan. Presiden Soekarno bertindak sebagai pengambil keputusan utama dan bahkan memiliki kontrol atas lembaga-lembaga negara seperti lembaga legislatif dan eksekutif. Dalam sistem ini, Presiden dianggap sebagai figur yang paling menentukan arah politik dan pemerintahan negara.
  2. Pengurangan Peran Partai Politik
    Pada masa demokrasi terpimpin, partai-partai politik kehilangan peran politik yang signifikan. Soekarno berusaha mengurangi pengaruh partai politik yang dianggap memperburuk ketegangan dan perpecahan antar kelompok. Soekarno kemudian menggabungkan partai-partai tersebut menjadi Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) untuk menciptakan kesatuan dalam pemerintahan.
  3. Pemerintahan yang Tidak Terlalu Mengutamakan Pemilu
    Berbeda dengan sistem demokrasi yang mengutamakan pemilihan umum yang bebas dan adil, pada masa Orde Lama, pemilihan umum tidak dijadikan sebagai cara utama untuk mengganti pemerintahan. Presiden Soekarno lebih banyak mengandalkan keputusan politik di luar jalur pemilu untuk membentuk pemerintahan yang lebih terorganisir dan stabil.
  4. Sentralisasi Kebijakan
    Pada masa ini, kebijakan-kebijakan besar diambil langsung oleh Presiden tanpa melibatkan banyak pihak. Dalam hal ini, presiden memiliki hak untuk mengarahkan kebijakan negara, baik itu dalam hal ekonomi, sosial, maupun politik. Dalam banyak kasus, pengambilan keputusan dilakukan tanpa banyak melibatkan lembaga perwakilan rakyat atau konsultasi dengan masyarakat.
  5. Konsep Musyawarah dan Mufakat
    Dalam demokrasi terpimpin, Soekarno lebih mengutamakan prinsip musyawarah untuk mufakat sebagai cara untuk memecahkan masalah politik atau sosial yang dihadapi. Hal ini berbeda dengan sistem demokrasi yang lebih menekankan pada pemungutan suara atau representasi suara rakyat dalam mengambil keputusan.

Dampak Demokrasi Terpimpin

Demokrasi terpimpin yang diterapkan pada masa Orde Lama memiliki dampak positif dan negatif terhadap perkembangan politik Indonesia. Berikut ini adalah beberapa dampak dari sistem ini:

Dampak Positif:

  1. Stabilitas Politik
    Salah satu alasan Soekarno mengimplementasikan demokrasi terpimpin adalah untuk mencapai stabilitas politik di Indonesia yang saat itu penuh dengan konflik dan ketegangan politik. Dengan sentralisasi kekuasaan di tangan Presiden, pemerintahan Indonesia bisa lebih stabil meskipun ada ketegangan politik antara berbagai kelompok.
  2. Pembangunan Nasional
    Stabilitas yang tercipta melalui demokrasi terpimpin memungkinkan pemerintah untuk fokus pada pembangunan nasional. Soekarno mencanangkan berbagai proyek besar seperti pembangunan infrastruktur, proyek pembangunan monumen nasional, dan usaha industrialisasi untuk mempercepat kemajuan Indonesia.
  3. Persatuan Nasional
    Demokrasi terpimpin berusaha menciptakan persatuan nasional dengan mengurangi dominasi partai politik yang dianggap memecah belah. Pembentukan Nasakom (Nasionalis, Agama, dan Komunis) bertujuan untuk menyatukan berbagai kelompok yang memiliki kepentingan dan ideologi yang berbeda-beda untuk bekerja bersama-sama demi kemajuan negara.

Dampak Negatif:

  1. Kekuasaan yang Terlalu Terpusat
    Sentralisasi kekuasaan di tangan Presiden menyebabkan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan. Tanpa adanya kontrol atau pemisahan kekuasaan yang jelas, pemerintahan menjadi otoriter dan rentan terhadap keputusan yang tidak demokratis atau tidak memperhatikan kepentingan rakyat.
  2. Pembatasan Kebebasan Politik
    Dalam demokrasi terpimpin, kebebasan politik dan kebebasan berpendapat terbatas. Partai-partai politik yang tidak sepakat dengan kebijakan pemerintahan sering kali dibatasi, dan oposisi politik terhambat. Hal ini mengurangi partisipasi rakyat dalam proses pengambilan keputusan yang mempengaruhi kehidupan mereka.
  3. Krisis Ekonomi dan Sosial
    Pada akhirnya, meskipun Soekarno berhasil menciptakan stabilitas politik, penerapan demokrasi terpimpin tidak mampu menyelesaikan masalah ekonomi yang dihadapi negara. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun 1960-an, dengan inflasi yang tinggi dan ketidakstabilan ekonomi, turut memperburuk keadaan dan mempengaruhi legitimasi pemerintah.

Kesimpulan

Demokrasi terpimpin pada masa Orde Lama yang diterapkan oleh Presiden Soekarno merupakan sistem yang dirancang untuk menciptakan stabilitas politik dan mempercepat pembangunan. Namun, meskipun demokrasi terpimpin berhasil mengatasi beberapa tantangan yang ada, kekuasaan yang sangat terpusat dan pembatasan kebebasan politik akhirnya membawa dampak negatif, seperti otoritarianisme dan ketidakpuasan rakyat terhadap pemerintahan. Demokrasi terpimpin ini pada akhirnya digantikan oleh sistem demokrasi yang lebih bebas dan terbuka pada masa Orde Baru yang dimulai pada tahun 1966.