Kepribadian manusia merupakan salah satu konsep yang sangat menarik dan kompleks untuk dibahas. Dalam kajian ilmu sosiologi, kepribadian bukanlah sesuatu yang dilahirkan begitu saja, melainkan terbentuk melalui proses interaksi sosial yang berlangsung sepanjang hidup individu.
Berbagai faktor eksternal dan internal memainkan peranan penting dalam pembentukan kepribadian seseorang. Ahli sosiologi memiliki pandangan yang berbeda mengenai faktor-faktor ini, mulai dari pengaruh keluarga, lingkungan sosial, hingga struktur sosial yang lebih luas.
Faktor Pembentuk Kepribadian Manusia Menurut Ahli Sosiologi
Artikel ini akan mengulas faktor-faktor pembentuk kepribadian manusia berdasarkan pandangan beberapa ahli sosiologi.
1. Pengertian Kepribadian
Kepribadian adalah pola atau cara berpikir, merasa, dan bertindak yang relatif stabil dalam diri seseorang yang membedakan individu tersebut dengan individu lainnya. Kepribadian seseorang terbentuk melalui interaksi antara faktor biologis dan sosial. Menurut Sigmund Freud, kepribadian seseorang dipengaruhi oleh struktur pikiran bawah sadar, namun dalam kajian sosiologi, lebih ditekankan pada peran sosial dalam pembentukan kepribadian tersebut.
2. Faktor Internal yang Mempengaruhi Kepribadian
Secara umum, faktor internal yang memengaruhi pembentukan kepribadian seseorang dapat dibagi menjadi faktor biologis dan psikologis.
2.1 Faktor Biologis
Faktor biologis mencakup pengaruh dari faktor genetik atau keturunan yang diwariskan dari orang tua. Meskipun sosiologi lebih menekankan pengaruh sosial dalam pembentukan kepribadian, faktor biologis tetap memiliki peranan yang signifikan. Beberapa karakteristik fisik seperti warna kulit, jenis kelamin, atau tinggi badan mungkin mempengaruhi cara individu diperlakukan dalam masyarakat. Misalnya, seseorang yang memiliki penampilan fisik tertentu mungkin akan diterima atau diperlakukan secara berbeda oleh masyarakat.
2.2 Faktor Psikologis
Selain faktor biologis, aspek psikologis juga sangat penting dalam pembentukan kepribadian. Faktor psikologis ini mencakup pengalaman masa kecil, bagaimana cara individu memandang dirinya sendiri, serta bagaimana individu tersebut berinteraksi dengan lingkungannya. Seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang penuh kasih sayang dan perhatian akan cenderung memiliki kepribadian yang lebih percaya diri dan positif. Sebaliknya, anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kurang harmonis, atau bahkan penuh kekerasan, berpotensi mengembangkan kepribadian yang lebih tertutup atau agresif.
3. Faktor Sosial yang Mempengaruhi Kepribadian
Faktor sosial adalah faktor utama yang dianalisis dalam sosiologi dalam konteks pembentukan kepribadian. Proses sosialisasi yang terjadi sejak seseorang lahir hingga dewasa, berperan besar dalam membentuk kepribadian. Beberapa faktor sosial yang mempengaruhi pembentukan kepribadian seseorang di antaranya adalah keluarga, teman sebaya, pendidikan, budaya, dan media massa.
3.1 Keluarga
Keluarga adalah lingkungan sosial pertama yang dikenali oleh seorang individu. Menurut Emile Durkheim, seorang tokoh sosiologi terkemuka, keluarga merupakan lembaga sosial yang sangat penting dalam proses pembentukan nilai dan norma pada diri individu. Sejak kecil, individu mendapatkan pola-pola dasar dalam interaksi sosial dari keluarganya. Bagaimana cara orang tua berinteraksi satu sama lain dan dengan anak-anak mereka, cara mendidik dan memberikan perhatian, semuanya akan membentuk pola pikir dan perilaku anak.
Jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang, terbuka, dan mendukung, kemungkinan besar anak tersebut akan tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri, empatik, dan memiliki keterampilan sosial yang baik. Sebaliknya, jika seorang anak dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang keras, tidak harmonis, atau penuh konflik, anak tersebut berisiko mengembangkan gangguan kepribadian atau masalah sosial lainnya.
3.2 Teman Sebaya
Teman sebaya juga memainkan peran penting dalam pembentukan kepribadian. Dalam tahap perkembangan sosial, terutama masa remaja, individu cenderung mencari pengaruh dari teman-teman sebaya mereka. Kelompok teman sebaya ini menjadi tempat bagi individu untuk belajar norma-norma sosial, serta mengembangkan keterampilan sosial seperti komunikasi, kerjasama, dan penyelesaian konflik.
Menurut teori interaksionisme simbolik yang dikemukakan oleh George Herbert Mead, individu membentuk identitas dan kepribadiannya melalui interaksi dengan orang lain, terutama dalam konteks kelompok sosial yang lebih kecil seperti teman sebaya. Proses ini sering kali melibatkan peran serta simbol-simbol atau bahasa yang digunakan dalam komunikasi antarindividu. Oleh karena itu, kelompok teman sebaya yang mendukung dan positif dapat mendorong individu untuk mengembangkan kepribadian yang lebih baik, sementara kelompok teman sebaya yang negatif bisa mendorong perilaku yang lebih buruk.
3.3 Pendidikan dan Sekolah
Pendidikan formal di sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk kepribadian seseorang. Dalam pendidikan, individu tidak hanya memperoleh pengetahuan, tetapi juga belajar mengenai nilai-nilai sosial, moral, dan etika. Menurut teori fungsionalisme yang dikemukakan oleh Talcott Parsons, sekolah berfungsi sebagai agen sosialisasi yang membantu individu mempersiapkan diri untuk berperan dalam masyarakat. Di sekolah, individu belajar bagaimana berinteraksi dengan orang lain, memahami hierarki sosial, serta mengembangkan kemampuan untuk bekerja sama.
Sekolah juga memberikan kesempatan bagi individu untuk mengeksplorasi minat dan bakat mereka, yang pada gilirannya membentuk kepercayaan diri dan identitas mereka. Tentu saja, kualitas pendidikan yang diterima oleh individu akan sangat mempengaruhi pembentukan kepribadian tersebut.
3.4 Budaya
Budaya juga memiliki pengaruh yang sangat besar dalam pembentukan kepribadian seseorang. Budaya mencakup nilai-nilai, norma-norma, bahasa, kebiasaan, dan tradisi yang berlaku di dalam suatu masyarakat. Sebagai contoh, dalam budaya yang sangat menekankan pentingnya kekeluargaan dan keharmonisan, individu akan tumbuh dengan nilai-nilai yang mengutamakan kerjasama dan saling menghormati.
Namun, pengaruh budaya juga dapat beragam, tergantung pada seberapa kuat budaya tersebut diterima oleh individu. Dalam masyarakat modern yang semakin global, individu juga terpengaruh oleh budaya global yang berkembang, misalnya melalui internet, film, dan media massa. Budaya pop yang tersebar di seluruh dunia dapat membentuk sikap, gaya hidup, dan nilai-nilai seseorang, meskipun sering kali terdapat ketegangan antara budaya lokal dan budaya global.
3.5 Media Massa dan Teknologi
Di era digital saat ini, media massa dan teknologi memegang peranan penting dalam pembentukan kepribadian. Media massa seperti televisi, radio, internet, dan media sosial memberikan pengaruh yang kuat dalam membentuk cara individu melihat dunia. Konten yang disajikan oleh media massa dapat membentuk sikap dan perilaku, baik itu dalam hal cara berpakaian, cara berbicara, atau pandangan terhadap suatu isu.
Media sosial, misalnya, mempengaruhi cara individu membentuk identitas diri. Banyak orang yang terpengaruh oleh citra diri yang dipamerkan oleh orang lain di media sosial, yang dapat menyebabkan perasaan tidak puas terhadap diri sendiri dan menurunkan rasa percaya diri. Sebaliknya, media sosial juga dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun hubungan sosial, berbagi ide, dan mengekspresikan diri.
4. Teori-Teori Sosiologi Mengenai Pembentukan Kepribadian
Berbagai teori dalam sosiologi memberikan wawasan lebih dalam mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian. Beberapa teori utama yang relevan dalam pembahasan ini antara lain:
4.1 Teori Sosialisasi George Herbert Mead
George Herbert Mead, seorang tokoh dalam teori interaksionisme simbolik, mengemukakan bahwa kepribadian terbentuk melalui interaksi sosial dan penggunaan simbol atau bahasa. Menurut Mead, individu belajar untuk memahami peran mereka dalam masyarakat melalui proses sosial yang dinamakan “role-taking.” Dalam proses ini, individu belajar untuk melihat dunia dari perspektif orang lain, yang membantu membentuk identitas sosial mereka.
4.2 Teori Fungsionalisme Talcott Parsons
Talcott Parsons, tokoh utama dalam teori fungsionalisme, berpendapat bahwa masyarakat berfungsi sebagai sistem yang terintegrasi, di mana setiap individu berperan untuk menjaga kelangsungan sistem tersebut. Parsons menekankan pentingnya pendidikan dan lembaga sosial lainnya dalam proses sosialisasi individu. Dalam pandangannya, kepribadian seseorang dibentuk untuk memenuhi peran-peran sosial yang diharapkan oleh masyarakat.
4.3 Teori Konflik Karl Marx
Sementara itu, teori konflik yang dikembangkan oleh Karl Marx menganggap bahwa kepribadian seseorang juga dipengaruhi oleh struktur kelas sosial. Menurut Marx, individu yang berasal dari kelas sosial yang lebih rendah mungkin mengalami ketidakadilan dan tekanan yang mempengaruhi cara mereka membentuk kepribadian dan berinteraksi dengan dunia sosial mereka. Dalam pandangan ini, kepribadian bukan hanya sekadar hasil interaksi sosial, tetapi juga dipengaruhi oleh ketimpangan kekuasaan dan sumber daya di dalam masyarakat.
5. Kesimpulan
Pembentukan kepribadian manusia merupakan proses yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal seperti faktor biologis dan psikologis memiliki pengaruh terhadap cara individu berkembang, namun faktor sosial seperti keluarga, teman sebaya, pendidikan, budaya, dan media massa memainkan peranan yang lebih besar dalam membentuk kepribadian individu. Teori-teori sosiologi memberikan wawasan tentang bagaimana interaksi sosial dan struktur sosial mempengaruhi cara individu membentuk identitas dan kepribadiannya. Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat lebih menghargai betapa pentingnya peran lingkungan sosial dalam pembentukan kepribadian setiap individu.
