Apa Arti Sungkem? Makna, Tujuan, dan Tradisi Jawa

Arti Sungkem – Kalau kamu pernah ikut acara adat Jawa, entah itu saat pernikahanlebaran, atau bahkan momen-momen penting keluarga, pasti kamu akan melihat satu tradisi yang menyentuh: sungkeman. Biasanya diiringi dengan suasana haru, air mata, dan pelukan hangat, sungkem dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua atau sesepuh. Tapi sebenarnya, apa sih arti sungkem itu sendiri? Dan bagaimana praktik ini berkembang dalam budaya Jawa maupun dalam bahasa sehari-hari?

Secara sederhana, sungkem adalah tindakan berlutut dan membungkuk di hadapan orang yang dihormati—biasanya orang tua, kakek-nenek, guru, atau orang yang dituakan—sebagai wujud rasa hormat, minta maaf, atau ucapan terima kasih. Dalam bahasa Indonesia, sungkem bisa diterjemahkan sebagai “menghormat secara fisik dengan penuh kerendahan hati”, tapi makna spiritual dan emosionalnya jauh lebih dalam dari sekadar itu.

Dalam konteks pernikahan Jawa, sungkem jadi momen sakral di mana pengantin menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan doa restu kepada orang tua. Saat lebaran, sungkeman juga jadi momen paling ditunggu, ketika anak-anak meminta maaf kepada orang tua dan keluarga besar dengan sepenuh hati. Ini bukan cuma tradisi, tapi cara orang Jawa menjaga nilai tatakrama dan keluhuran budi pekerti.

Menariknya, sekarang kata “sungkem” juga mulai dipakai dalam bahasa gaul. Misalnya, saat seseorang menyampaikan rasa hormat atau kagum dalam konteks santai, mereka bisa bilang, “Wah, aku sungkem sama suhu!” Di sini, “suhu” berarti orang yang dianggap ahli atau senior. Walaupun nuansanya jadi lebih ringan dan bercanda, tapi tetap nggak lepas dari makna aslinya: menghormati.

Nah, di pembahasan ini, DomainJava.com bakal bahas secara lengkap:

  • Arti dan asal-usul kata sungkem

  • Tujuan dan makna sungkeman dalam berbagai acara (pernikahan, lebaran, budaya)

  • Contoh kata-kata sungkeman

  • Hingga bagaimana istilah ini dipakai dalam bahasa gaul modern

Karena di balik gerakan sederhana sungkem, ada nilai-nilai luhur yang pantas kita jaga dan pahami bersama.

Makna dan Arti “Sungkem” dalam Bahasa Jawa & Budaya Indonesia

Dalam budaya Jawa, kita mengenal berbagai tradisi yang sarat nilai hormat, sopan santun, dan tata krama. Salah satu tradisi yang sangat kuat makna simbolisnya adalah “sungkem”. Momen ini tidak hanya menjadi bagian dari upacara adat, tapi juga menyentuh secara emosional karena menjadi simbol rasa hormat dan kasih sayang yang mendalam.

Meskipun sering dilakukan dalam momen sakral seperti pernikahan, Hari Raya Idulfitri (Lebaran), atau acara adat lainnya, tidak semua orang tahu makna asli dari sungkem dan bagaimana cara melakukannya dengan benar. Bahkan, banyak yang bertanya-tanya, apa sebenarnya arti dari kata “sungkem” dalam Bahasa Indonesia?

Dalam artikel ini, kita akan mengupas secara lengkap mulai dari arti sungkem dalam Bahasa Jawa dan Indonesiaungkapan saat sungkeman, hingga makna mendalam dalam tradisi pernikahan dan keluarga. Artikel ini akan membantu kamu memahami filosofi sungkem lebih dari sekadar gerakan formalitas.


Apa Arti Sungkem?

Sungkem adalah sebuah tindakan atau tradisi dalam budaya Jawa yang berarti bersujud atau membungkuk di hadapan orang tua atau orang yang dihormati sebagai bentuk penghormatan dan permohonan maaf. Ini biasanya dilakukan dengan posisi berlutut, membungkuk, dan menyentuhkan tangan ke kaki atau lutut orang yang dihormati.

Sungkem bukan sekadar gestur fisik, tetapi juga simbol kerendahan hatibakti, dan penghargaan kepada orang tua, kakek-nenek, guru, atau tokoh sepuh. Dalam banyak budaya lain, bentuk penghormatan bisa berbeda, tapi dalam budaya Jawa, sungkem menjadi salah satu bentuk paling dalam dan tulus dalam mengekspresikan rasa hormat.

Tradisi ini biasanya dilakukan dalam momen-momen penting seperti pernikahan, Lebaran (Idulfitri), atau upacara adat. Sungkem juga bisa menjadi simbol permintaan maaf atau restu sebelum menjalankan sesuatu yang besar, misalnya menikah, merantau, atau menjalani kehidupan baru.

Makna sungkem sangat dalam karena menggambarkan hubungan antar generasi, rasa terima kasih kepada orang tua, dan pengakuan akan jasa dan pengorbanan mereka. Ini bukan hanya adat, tapi juga sarana mempererat ikatan batin dalam keluarga.

Arti dan Asal-Usul Kata Sungkem

Kata “sungkem” berasal dari bahasa Jawa, dan merupakan bentuk ungkapan fisik dan simbolis yang menunjukkan rasa hormat, bakti, dan kerendahan hati, terutama kepada orang tua, guru, atau tokoh yang dihormati. Dalam praktiknya, sungkem dilakukan dengan cara berlutut, membungkuk, dan menyentuhkan kepala atau tangan ke lutut atau kaki orang yang dihormati.

Secara etimologis, beberapa ahli bahasa berpendapat bahwa kata “sungkem” kemungkinan berasal dari kata dasar dalam bahasa Jawa Kuno yang berkaitan dengan “sembah” atau “sujud”. Kata ini mengalami perkembangan makna dan bentuk hingga menjadi istilah budaya yang kita kenal saat ini. Meski tidak ditemukan dalam kamus bahasa Indonesia formal, “sungkem” tetap digunakan secara luas dalam konteks budaya dan adat istiadat.

Sungkem juga erat kaitannya dengan nilai-nilai kejawen dan adat Jawa, di mana penghormatan kepada leluhur dan orang tua menjadi bagian penting dari kehidupan spiritual dan sosial. Oleh sebab itu, praktik sungkem bukan hanya gestur biasa, tapi mengandung makna moral dan emosional yang sangat dalam.

Tradisi sungkem biasanya diturunkan dari generasi ke generasi. Bahkan bagi orang Jawa yang merantau atau tinggal di luar pulau, sungkem tetap menjadi tradisi yang dijaga, terutama saat momen besar seperti Lebaranpernikahan, atau upacara adat keluarga.

Apa Bahasa Indonesianya Sungkem?

Dalam Bahasa Indonesia, “sungkem” bisa diartikan sebagai “tindakan sujud atau membungkuk dengan penuh hormat di hadapan orang tua atau orang yang dihormati”. Kadang-kadang juga disebut dengan istilah seperti “sembah sujud”“permohonan maaf dengan simbol tubuh”, atau “tindakan penghormatan dengan bersimpuh.”

Namun, sungkem sebenarnya tidak memiliki padanan kata tunggal yang setara dalam Bahasa Indonesia karena ia mengandung nilai-nilai budaya yang sangat khas dan mendalam. Oleh sebab itu, dalam banyak literatur atau acara resmi, kata “sungkem” tetap digunakan tanpa diterjemahkan.

Tindakan ini lebih dari sekadar permohonan maaf. Sungkem mencakup makna spiritual, emosional, dan simbolis tentang hubungan manusia dengan orang tua atau orang yang lebih tua. Ini menjadikannya sangat khas budaya Jawa dan sulit dipisahkan dari konteksnya.

Jadi, meskipun bisa dijelaskan dalam Bahasa Indonesia, “sungkem” tetap lebih kuat secara makna bila dipahami dalam konteks budaya Jawa secara utuh.

Apa Itu Sungkem dalam Bahasa Jawa?

Dalam Bahasa Jawa, kata “sungkem” berasal dari akar kata yang memiliki makna berlutut dan menyembah dengan penuh rasa hormat. Secara linguistik, kata ini sangat erat kaitannya dengan konsep tata krama atau unggah-ungguh, yaitu aturan sopan santun dalam masyarakat Jawa.

Tradisi sungkem dilakukan dengan berlutut di depan orang tua, menyembah (menangkupkan tangan), lalu membungkuk hingga kepala mendekati lutut atau menyentuh tangan/ kaki orang yang dihormati. Ini dilakukan sambil mengucapkan permohonan maaf, restu, atau ungkapan terima kasih.

Sungkem tidak hanya terbatas pada hubungan anak kepada orang tua, tetapi juga berlaku kepada kakek-nenek, guru, sesepuh desa, atau bahkan tokoh masyarakat. Dalam ajaran Jawa, orang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua, dan sungkem menjadi cara paling simbolik untuk menyampaikan hal itu.

Ungkapan-ungkapan yang sering menyertai sungkem dalam Bahasa Jawa misalnya: “nyuwun pangapunten” (mohon maaf), “nyuwun pangestu” (mohon restu), atau “matur nuwun sanget” (terima kasih banyak). Kalimat-kalimat ini menambah kekhusyukan dan makna saat melakukan sungkeman.

Saat Sungkeman, Ngomong Apa?

Ketika melakukan sungkeman, ada beberapa ucapan atau kalimat yang biasa diucapkan sebagai bagian dari tata krama dan nilai spiritual dalam budaya Jawa. Kalimat-kalimat ini biasanya pendek namun sarat makna, dan disampaikan dengan nada lembut serta penuh perasaan.

Kalimat paling umum adalah:

  • “Nyuwun pangapunten” = Mohon maaf

  • “Nyuwun pangestu” = Mohon doa restu

  • “Matur nuwun sanget” = Terima kasih banyak

Dalam konteks sungkeman pernikahan, calon pengantin biasanya berkata:
“Nyuwun pangapunten, nyuwun pangestu, mugi tansah pinaringan berkah lan rido”
Artinya: “Mohon maaf, mohon restu, semoga selalu diberi berkah dan ridho.”

Yang terpenting dalam ucapan saat sungkeman adalah ketulusan hati dan rasa hormat. Tidak harus panjang, yang penting disampaikan dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati.

Arti Sungkem kepada Suhu, Sepuh, dan dalam Pernikahan

Sungkem kepada suhu biasanya berarti memberikan penghormatan kepada seorang guru spiritual, tokoh agama, atau orang yang dituakan dalam komunitas tertentu. Kata “suhu” sendiri berasal dari bahasa Tionghoa yang berarti guru atau pembimbing rohani. Dalam konteks ini, sungkem adalah simbol penyerahan diri untuk menerima ilmu atau restu.

Sungkem kepada sepuh berarti memberikan penghormatan kepada orang yang lebih tua, seperti orang tua, kakek-nenek, atau tokoh masyarakat. “Sepuh” dalam Bahasa Jawa berarti “orang yang dituakan atau lebih tua”. Biasanya dilakukan dalam momen lebaran, pernikahan, atau acara keluarga besar.

Dalam konteks pernikahan, sungkem menjadi salah satu prosesi yang paling emosional. Pengantin melakukan sungkem kepada orang tua sebagai ungkapan terima kasih atas kasih sayang dan pengorbanan selama ini, sekaligus memohon restu untuk memulai hidup baru bersama pasangan.

Momen sungkem ini sering diiringi air mata haru dari kedua belah pihak. Di sinilah makna sungkem terasa sangat dalam: sebagai perpisahan simbolik antara anak dan orang tua, dan sebagai awal dari kehidupan baru dengan ridho orang tua.

Contoh Kata-Kata Sungkeman

Ketika melakukan sungkem, kata-kata yang diucapkan menjadi bagian penting dari proses tersebut. Ucapan ini biasanya disampaikan dengan penuh perasaan, suara lembut, dan sikap rendah hati. Berikut adalah beberapa contoh kalimat yang umum digunakan saat sungkeman:

  1. “Nyuwun pangapunten sedoyo kalepatan kula, mugi panjenengan kerso maringi pangapunten.”
    Mohon maaf atas segala kesalahan saya, semoga Anda berkenan memberikan maaf.

  2. “Nyuwun pangestu, mugi kula saged nglampahi urip enggal kanthi berkah lan ridho panjenengan.”
    Mohon doa restu, semoga saya dapat menjalani kehidupan baru dengan berkah dan ridho dari Anda.

  3. “Matur nuwun sanget atas segala pengorbanan lan welas asih panjenengan dumateng kula.”
    Terima kasih banyak atas semua pengorbanan dan kasih sayang Anda kepada saya.

  4. “Kula nyuwun ngapunten bilih wonten kekilapan, mugi panjenengan tansah diparingi sehat, panjang yuswa, lan rahayu.”
    Saya mohon maaf jika ada kesalahan, semoga Anda selalu diberi kesehatan, umur panjang, dan keselamatan.

Kata-kata tersebut sering digunakan dalam sungkeman pernikahansungkeman lebaran, atau saat memohon restu kepada orang tua dan sesepuh. Intinya adalah menyampaikan permohonan maaf dan restu secara tulus.

Tujuan dan Makna Sungkeman

Tujuan utama dari sungkeman adalah untuk mengungkapkan rasa hormat, terima kasih, permohonan maaf, dan memohon restu kepada orang yang lebih tua atau lebih dihormati. Ini bukan hanya tentang tata krama, tapi juga tentang menyambung hati dan menyatukan perasaan antar anggota keluarga.

Makna mendalam dari sungkem mencakup:

  • Menghapus kesalahan: dengan sungkem, seseorang mengakui kekhilafan dan meminta maaf secara simbolik.

  • Menerima restu: sungkem adalah media untuk meminta doa baik sebelum memulai sesuatu.

  • Mempererat hubungan batin: sungkem menunjukkan bahwa seseorang tidak melupakan jasa orang tua atau orang yang berjasa dalam hidupnya.

  • Menjaga budaya dan warisan leluhur: sungkeman adalah tradisi turun-temurun yang memperkuat identitas budaya Jawa.

Oleh karena itu, sungkeman tidak boleh dianggap sekadar formalitas atau rutinitas. Ia adalah wujud nyata dari nilai moral dan spiritual yang dijunjung tinggi dalam masyarakat Jawa.

Bagaimana Istilah “Sungkem” Digunakan dalam Bahasa Gaul Modern

Menariknya, dalam beberapa tahun terakhir, istilah “sungkem” mulai merambah ke bahasa gaul modern atau slang anak muda, terutama di media sosial seperti Twitter (X), TikTok, dan Instagram. Meski tetap mempertahankan makna dasarnya sebagai bentuk “penghormatan” atau “pengakuan superioritas”, penggunaannya kini lebih figuratif dan humoris.

Misalnya, ungkapan seperti:

  • “Sungkem dulu sama suhu desain grafis!”
    Artinya: Mengakui kehebatan seseorang di bidang desain dengan cara bercanda atau memuji secara hiperbolis.

  • “Aku sungkem sama kamu yang bisa lulus skripsi 3 bulan!”
    Digunakan untuk menunjukkan kekaguman yang besar, sambil tetap santai dan tidak serius secara fisik melakukan sungkem.

  • “Sungkem sama mbak-mbak skincare yang wajahnya glowing banget!”
    Di sini, sungkem dipakai sebagai bentuk candaan atau pujian terhadap seseorang yang dianggap “lebih tinggi” dalam suatu hal.

Penggunaan ini tentu tidak literal, tapi menunjukkan betapa budaya Jawa tetap hidup dan bahkan bertransformasi mengikuti zaman. Kata “sungkem” menjadi bagian dari bahasa gaul yang dipakai lintas suku dan daerah, meski dengan nuansa yang lebih ringan dan tidak setradisional maknanya dulu.

Namun, dalam konteks formal dan adat, makna asli sungkem tetap dijaga dan dihormati. Ini adalah contoh bagus bagaimana bahasa daerah bisa berkembang secara fleksibel namun tetap berakar kuat pada nilai-nilai budaya.

Penutup

Sungkeman bukan sekadar tradisi atau gerakan fisik, tapi sebuah ungkapan rasa hormat, cinta, dan kerendahan hati yang sudah diwariskan turun-temurun dalam budaya Jawa. Dari momen pernikahan hingga lebaran, sungkem mengajarkan kita untuk selalu menghargai orang tua dan sesepuh sebagai bentuk syukur dan penghormatan.

Meskipun kini istilah sungkem juga dipakai dalam bahasa gaul dengan cara yang lebih santai, makna dasarnya tetap kuat dan penting untuk kita pahami. Dengan menjaga dan melestarikan tradisi ini, kita tidak hanya menghormati budaya, tapi juga memperkuat ikatan keluarga dan nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan sehari-hari.

Jadi, yuk terus lestarikan tradisi sungkem sebagai wujud rasa hormat yang tulus dan penuh makna.