Pengertian Tuna Daksa Menurut Para Ahli, Jenis, dan Penanganannya

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah mendengar istilah-istilah yang berkaitan dengan kondisi fisik seseorang. Salah satunya adalah tuna daksa. Mungkin kamu masih agak asing dengan istilah ini, tapi sebenarnya tuna daksa adalah istilah yang cukup penting untuk dipahami, terutama bagi kita yang peduli dengan keberagaman dan inklusi sosial.

Tuna daksa adalah kondisi di mana seseorang mengalami keterbatasan fisik atau cacat yang mempengaruhi kemampuan gerak atau mobilitasnya. Kondisi ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kecelakaan, penyakit, atau kelainan sejak lahir. Orang dengan tuna daksa biasanya membutuhkan alat bantu untuk bergerak, seperti kursi roda atau tongkat.

Penting bagi kita untuk memahami dan menghargai orang-orang dengan tuna daksa. Mereka tetap memiliki potensi dan kemampuan yang luar biasa, hanya saja membutuhkan dukungan dan aksesibilitas yang memadai agar bisa berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial.

Di artikel ini, DomainJava.com akan membahas lebih lanjut tentang apa itu tuna daksa, penyebabnya, serta bagaimana masyarakat bisa lebih inklusif dan peduli terhadap mereka yang memiliki keterbatasan fisik ini.

Pengertian Tuna Daksa

Tuna daksa adalah salah satu bentuk disabilitas fisik yang ditandai dengan keterbatasan atau gangguan pada fungsi tubuh terutama terkait dengan pergerakan.

Secara etimologis, kata “tuna daksa” berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu “tuna” yang berarti cacat atau kurang, dan “daksa” yang berarti tubuh atau jasmani.

Definisi Tuna Daksa Menurut Para Ahli

Berikut beberapa definisi tuna daksa dari para ahli:

  1. World Health Organization (WHO)
    Menurut WHO, tuna daksa adalah kondisi cacat fisik yang menyebabkan gangguan atau keterbatasan aktivitas dan partisipasi seseorang dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang berhubungan dengan fungsi motorik tubuh.
  2. Dr. Sudarso (2005)
    Tuna daksa merupakan gangguan atau keterbatasan fungsi tubuh yang menyebabkan individu tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan normal. Gangguan ini bisa bersifat permanen atau sementara.
  3. Prof. Dr. Nasrul A. Gani
    Tuna daksa adalah kondisi ketidakmampuan atau keterbatasan fisik akibat kelainan bawaan atau kecelakaan yang menyebabkan kesulitan dalam bergerak dan beraktivitas secara mandiri.

Jenis-Jenis Tuna Daksa

Tuna daksa memiliki berbagai jenis berdasarkan penyebab dan tingkat keparahannya, antara lain:

  • Tuna Daksa Ringan
    Gangguan gerak yang tidak terlalu menghambat aktivitas sehari-hari.
  • Tuna Daksa Sedang
    Keterbatasan yang mempengaruhi kemampuan fisik sehingga membutuhkan bantuan alat bantu atau orang lain.
  • Tuna Daksa Berat
    Keterbatasan fisik yang sangat signifikan sehingga individu tidak mampu melakukan aktivitas fisik secara mandiri sama sekali.

Penyebab Tuna Daksa

Menurut para ahli, penyebab tuna daksa bisa bermacam-macam, antara lain:

  • Kelainan Bawaan seperti spina bifida, cerebral palsy.
  • Cedera Fisik akibat kecelakaan atau trauma.
  • Penyakit seperti poliomielitis, stroke, atau infeksi saraf.
  • Gangguan Saraf yang mempengaruhi kontrol otot.

Dampak Tuna Daksa pada Kehidupan

Tuna daksa tidak hanya mempengaruhi kemampuan fisik, tetapi juga aspek psikologis dan sosial individu.

Orang dengan tuna daksa sering menghadapi berbagai tantangan, seperti:

  • Kesulitan dalam mobilitas.
  • Keterbatasan dalam bekerja atau belajar.
  • Stigma sosial dan diskriminasi.
  • Kebutuhan akan dukungan fisik dan emosional dari keluarga dan masyarakat.

Penanganan Tuna Daksa Menurut Para Ahli

Penanganan tuna daksa memerlukan pendekatan multidisipliner yang melibatkan tenaga medis, terapis, keluarga, dan lingkungan sekitar.

  1. Rehabilitasi Medis
    Menurut WHO, rehabilitasi fisik sangat penting untuk meningkatkan fungsi tubuh dan kemandirian. Terapi fisik, okupasi, dan alat bantu seperti kursi roda sering digunakan.
  2. Pendekatan Psikososial
    Psikolog seperti Dr. Anita Dewi menyatakan bahwa dukungan emosional dan konseling sangat diperlukan untuk membantu individu menerima kondisinya dan beradaptasi sosial.
  3. Pendidikan dan Pelatihan
    Menurut Prof. Nasrul, pendidikan inklusif dan pelatihan keterampilan kerja dapat membantu tuna daksa untuk mandiri secara ekonomi dan sosial.
  4. Peran Keluarga dan Masyarakat
    Lingkungan yang suportif dan inklusif sangat penting untuk perkembangan individu tuna daksa.

Kesimpulan

Tuna daksa adalah kondisi keterbatasan fisik yang mempengaruhi kemampuan motorik seseorang.

Menurut para ahli, kondisi ini harus ditangani secara holistik dengan pendekatan medis, psikologis, pendidikan, dan sosial.

Dukungan dari keluarga, masyarakat, dan pemerintah sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup penyandang tuna daksa agar dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial dan ekonomi.