Urutan Fase yang Perlu Dilakukan untuk Merancang Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan UbD

Urutan Fase yang Perlu Dilakukan untuk Merancang Perencanaan Pembelajaran Berbasis Pendekatan UbD – Salah satu materi penting yang dipelajari dalam Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pembelajaran berbasis prinsip Understanding by Design (UbD).

Pendekatan ini mengubah cara guru memandang perencanaan pembelajaran, dengan berfokus pada hasil akhir dan pemahaman mendalam siswa, bukan sekadar penyampaian materi.

UbD menekankan bahwa merancang pembelajaran tidak dimulai dari “apa yang akan diajarkan”, melainkan dari “apa yang ingin dicapai siswa di akhir pembelajaran”. Maka dari itu, UbD menggunakan pendekatan yang disebut Backward Design atau desain mundur, yakni merancang pembelajaran dimulai dari menentukan tujuan akhir, menetapkan bukti pencapaian, baru kemudian menyusun pengalaman belajarnya.

Agar lebih jelas, berikut adalah tiga fase utama dalam merancang perencanaan pembelajaran berbasis pendekatan UbD, sebagaimana dirumuskan oleh Wiggins dan McTighe dan juga dipaparkan dalam Bahan Bacaan PPG Dalam Jabatan terbitan Kemendikbud.


Fase 1: Mengidentifikasi Hasil yang Diinginkan

Langkah pertama dan paling penting adalah menentukan hasil akhir yang ingin dicapai oleh siswa. Ini bukan sekadar menyusun tujuan pembelajaran, tetapi juga:

  • Menentukan kompetensi inti dan dasar yang harus dikuasai siswa.
  • Merumuskan pemahaman mendalam yang ingin ditanamkan.
  • Menyusun pertanyaan-pertanyaan esensial yang mendorong pemikiran tingkat tinggi.
  • Memetakan prioritas pembelajaran, yaitu:
    • Apa yang penting untuk diketahui?
    • Apa yang patut dipahami secara mendalam?
    • Apa yang patut bisa dilakukan dan diterapkan dalam kehidupan nyata?

📌 Contoh:

Jika tujuan pembelajaran adalah memahami konsep ekosistem, maka hasil yang diinginkan bukan hanya siswa dapat menyebutkan jenis ekosistem, tetapi:

  • Siswa dapat menjelaskan interaksi dalam ekosistem secara mendalam.
  • Siswa mampu mengambil keputusan dalam pelestarian lingkungan berbasis pemahaman ekosistem.

Pendekatan UbD menekankan transfer of learning, yaitu kemampuan siswa untuk menerapkan apa yang dipelajari dalam konteks nyata kehidupan. Maka, tujuan pembelajaran tidak boleh dangkal atau hanya sebatas hafalan.


Fase 2: Menentukan Bukti Penilaian

Setelah hasil yang diinginkan ditetapkan, langkah berikutnya adalah menentukan bagaimana guru tahu bahwa siswa telah benar-benar memahami materi dan mencapai hasil pembelajaran yang diharapkan. Ini berarti menyusun strategi penilaian yang autentik, variatif, dan berorientasi pada kinerja nyata siswa.

Penilaian dalam UbD dibagi menjadi dua:

  1. Tugas Kinerja dan Asesmen Autentik
    • Proyek individu atau kelompok
    • Portofolio digital atau cetak
    • Debat, presentasi, atau simulasi nyata
    • Studi kasus atau penyelesaian masalah dunia nyata
  2. Penilaian Tambahan
    • Kuis, tes objektif, atau esai singkat
    • Refleksi pribadi
    • Penilaian diri dan penilaian teman sejawat

Yang penting dalam fase ini adalah kriteria keberhasilan harus jelas sejak awal. Siswa harus memahami standar apa yang menjadi tolok ukur keberhasilan mereka.

📌 Contoh:

Dalam pembelajaran ekosistem, guru bisa memberikan tugas proyek berupa mendesain kampanye digital pelestarian lingkungan. Siswa dinilai dari:

  • Akurasi konsep ekosistem yang digunakan.
  • Relevansi pesan.
  • Kreativitas dan strategi komunikasi.

Fase 3: Merancang Pengalaman Belajar dan Instruksi

Setelah hasil dan penilaian ditetapkan, barulah guru menyusun pengalaman belajar yang sesuai untuk membantu siswa mencapai tujuan tersebut. Di sinilah guru merancang:

  • Strategi pembelajaran aktif (diskusi, eksperimen, proyek kolaboratif).
  • Urutan penyampaian materi yang logis dan progresif.
  • Media dan sumber belajar yang kontekstual dan mendukung pemahaman.
  • Aktivitas pembelajaran yang menantang namun mendukung pencapaian pemahaman mendalam.

Pendekatan UbD menekankan bahwa pembelajaran harus:

  • Berpusat pada siswa (student-centered learning).
  • Melibatkan siswa secara kognitif dan emosional.
  • Memberikan ruang bagi refleksi dan eksplorasi makna.

Guru tidak hanya menjadi penyampai materi, tetapi fasilitator dan pelatih berpikir yang memberi umpan balik dan membimbing siswa membangun pemahaman mereka sendiri.

📌 Contoh:

Untuk mencapai hasil pada pembelajaran ekosistem, aktivitas bisa meliputi:

  • Observasi langsung ke lingkungan sekitar.
  • Studi kasus kerusakan lingkungan lokal.
  • Pembuatan infografis atau video edukasi.
  • Diskusi kelompok dan refleksi pribadi.

Kesimpulan: Urutan Fase Backward Design dalam UbD

Secara ringkas, urutan fase dalam perencanaan pembelajaran berbasis prinsip UbD adalah:

  1. Identifikasi hasil yang diinginkan
    → Menetapkan tujuan, pemahaman esensial, dan pertanyaan mendalam.
  2. Tentukan bukti penilaian
    → Merancang asesmen autentik dan instrumen evaluasi untuk mengukur pencapaian.
  3. Rancang pengalaman belajar
    → Menyusun strategi pembelajaran aktif untuk membantu siswa membangun pemahaman.

Dengan mengikuti urutan ini, perencanaan pembelajaran menjadi lebih terarah dan bermakna. Guru tidak lagi hanya “mengajar untuk menyelesaikan silabus”, tetapi benar-benar membimbing siswa untuk mencapai pemahaman mendalam yang bisa diterapkan dalam kehidupan nyata.


Penutup

Menerapkan prinsip Understanding by Design bukan sekadar mengganti format RPP. Ia menuntut perubahan cara berpikir guru, dari “apa yang akan saya ajarkan” menjadi “apa yang harus dipahami siswa dan bagaimana saya membantunya sampai ke sana”.

Dengan UbD, pembelajaran menjadi lebih reflektif, terstruktur, dan berpusat pada makna. Ini bukan hanya baik untuk siswa, tapi juga memperkuat profesionalisme guru sebagai perancang pembelajaran sejati.