Dalam kehidupan sehari-hari, gotong royong adalah nilai luhur yang telah lama menjadi bagian dari budaya masyarakat Indonesia. Nilai ini mengajarkan untuk saling membantu dan bekerja sama demi mencapai tujuan bersama. Begitu pula dalam dunia pendidikan, gotong royong antar teman sekelas atau dalam kegiatan kelompok sangat diperlukan untuk mengembangkan kemampuan sosial dan kerja tim.
Namun, untuk bisa berpartisipasi dalam gotong royong secara efektif, murid perlu memiliki kekuatan dalam dimensi mandiri terlebih dahulu. Mengapa demikian? Mari kita ulas lebih lanjut.
A. Benar, karena berhubungan
Sebelum dapat bekerja sama dengan baik dalam sebuah kelompok, murid perlu memiliki kemampuan untuk bekerja secara mandiri. Dimensi mandiri mencakup kemampuan untuk menyelesaikan tugas, membuat keputusan, dan bertanggung jawab atas diri sendiri. Jika seorang murid tidak mandiri, ia mungkin akan bergantung pada orang lain dalam setiap langkah, yang tentu saja menghambat alur kerja tim dalam gotong royong.
Selain itu, dimensi mandiri juga berhubungan dengan rasa percaya diri. Murid yang mandiri lebih cenderung untuk berkontribusi dalam diskusi kelompok, berani mengemukakan pendapat, dan tidak takut untuk bertanggung jawab. Kemampuan ini menjadi dasar yang kuat agar gotong royong dapat berjalan dengan lancar. Jika setiap individu dalam kelompok sudah memiliki keterampilan mandiri, mereka akan lebih mudah berkolaborasi dan memberikan kontribusi positif untuk mencapai tujuan bersama.
B. Salah, bisa berjalan masing-masing
Sebagian orang mungkin berpendapat bahwa gotong royong dan kemandirian dapat berjalan secara terpisah. Mereka berargumen bahwa meskipun murid belum sepenuhnya mandiri, mereka masih bisa bekerja sama dalam kelompok untuk saling membantu menyelesaikan tugas. Pendapat ini memang benar dalam konteks tertentu, terutama jika berbicara tentang kegiatan dengan tujuan yang sangat spesifik atau situasi di mana individu hanya berfungsi sebagai pelengkap.
Namun, tanpa adanya kekuatan mandiri pada setiap anggota, gotong royong tidak akan optimal. Misalnya, jika satu murid terlalu bergantung pada teman lain, maka bukan gotong royong yang terbentuk, melainkan ketidakseimbangan beban kerja. Hal ini bisa menimbulkan perasaan tidak adil atau ketidakpuasan dalam kelompok.
Kesimpulan
Meskipun gotong royong sangat penting dalam pendidikan, untuk bisa mengoptimalkannya, setiap murid perlu menguatkan dimensi mandiri terlebih dahulu. Kemandirian memberikan dasar yang kokoh bagi mereka untuk bisa berpartisipasi dalam kegiatan kelompok dengan maksimal, menghindari ketergantungan, dan memastikan setiap individu berkontribusi dengan kemampuan terbaiknya. Dengan demikian, dimensi mandiri dan gotong royong saling berhubungan erat dan keduanya perlu dibangun secara seimbang untuk menciptakan kerjasama yang efektif dan harmonis.
