Menjelang Hari Raya Idul Adha, umat Islam dianjurkan melaksanakan dua puasa sunnah yang sangat dianjurkan, yaitu puasa Tarwiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah dan puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijjah. Tahun ini, puasa Tarwiyah jatuh pada Rabu, 4 Juni 2025, dan puasa Arafah pada Kamis, 5 Juni 2025. Kedua hari ini memiliki keutamaan luar biasa. Namun, muncul pertanyaan yang sering ditanyakan: bolehkah melaksanakan puasa Arafah jika masih punya utang puasa Ramadhan yang belum diganti?
Apakah Boleh Puasa Arafah Tapi Belum Mengganti Puasa Ramadhan? Pertanyaan ini penting, karena banyak muslimah atau siapa pun yang sempat batal puasa Ramadhan karena uzur (misalnya haid, sakit, atau musafir), sering belum sempat menggantinya sampai Dzulhijjah tiba. Maka muncullah dilema: mau ambil keutamaan puasa Arafah, tapi utang Ramadhan belum lunas. Nah, bagaimana hukumnya?
Bolehkah Menggabungkan Niat Puasa Qadha dan Sunnah Arafah?
Jawabannya: boleh, dan bahkan tetap sah serta berpahala. Hal ini dijelaskan oleh Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LBM PBNU), Ustadz Alhafiz Kurniawan. Dalam artikelnya yang dimuat di NU Online, beliau menegaskan bahwa menggabungkan niat qadha puasa Ramadhan dengan puasa sunnah seperti Arafah atau Tarwiyah diperbolehkan.
“Qadha puasa Ramadhannya tetap sah. Sedangkan ia sendiri tetap mendapatkan keutamaan yang didapat oleh mereka yang berpuasa dengan niat puasa sunnah Arafah,” jelasnya.
Artinya, meskipun niat utamanya adalah mengganti puasa Ramadhan (qadha), orang tersebut tetap bisa mendapatkan keutamaan puasa sunnah Arafah. Jadi, tidak harus memilih salah satu—qadha saja atau sunnah saja. Keduanya bisa digabung dalam satu puasa, dengan niat qadha.
Landasan Ulama dan Dalilnya
Pandangan ini tidak berdiri sendiri. Ia didasarkan pada pendapat para ulama klasik, termasuk Syekh Zakariya Al-Anshari dalam kitab Asnal Mathalib. Dalam kitab tersebut disebutkan bahwa jika seseorang berpuasa qadha pada hari-hari yang dianjurkan untuk puasa sunnah, seperti hari Asyura, maka ia tetap mendapatkan keutamaan puasa sunnah tersebut.
Fatwa serupa juga disampaikan oleh ulama lain seperti Al-Barizi, Al-Ushfuwani, dan Al-Faqih Abdullah An-Nasyiri. Mereka sepakat bahwa keutamaan puasa sunnah bisa tetap diperoleh meskipun niat utama puasanya adalah qadha atau nazar.
Dalam kitab I’anatut Thalibin, Sayyid Bakri juga menyatakan hal yang senada. Beliau menulis bahwa orang yang berpuasa pada hari-hari istimewa akan tetap mendapatkan pahala dan keutamaannya meskipun dia hanya berniat puasa wajib seperti qadha atau nazar, bukan karena niat puasa sunnah murni.
Kenapa Bisa Dapat Keutamaan Meski Niatnya Bukan Puasa Sunnah?
Pertanyaan logisnya adalah: kok bisa, niatnya qadha tapi dapat pahala puasa Arafah? Jawabannya, karena hari-hari tertentu seperti Arafah atau Tarwiyah memang memiliki keutamaan tersendiri yang “menempel” pada hari itu sendiri, bukan semata karena niat kita saja.
Dengan kata lain, siapa pun yang berpuasa pada hari Arafah, selama ia tidak melakukan maksiat dan niat puasanya benar (meski bukan puasa sunnah), maka secara otomatis ia turut mendapat limpahan pahala yang Allah sediakan untuk puasa Arafah.
Namun, penting dicatat bahwa ini tidak berarti niat tidak penting. Niat tetap menentukan jenis puasanya. Kalau kita niat qadha, maka yang tercatat adalah puasa qadha. Tapi Allah tetap Maha Pemurah dan memberi bonus pahala karena bertepatan dengan hari mulia.
Sebaiknya Mana yang Didahulukan: Qadha atau Sunnah?
Meskipun penggabungan niat diperbolehkan, para ulama tetap menyarankan agar utang puasa Ramadhan segera dilunasi. Ustadz Alhafiz Kurniawan menyarankan, sebaiknya orang yang masih punya utang puasa Ramadhan menyelesaikan dulu puasanya sebelum melaksanakan puasa sunnah seperti Arafah.
Hal ini juga merupakan bentuk tanggung jawab kita sebagai muslim terhadap kewajiban yang lebih utama. Puasa qadha adalah ibadah wajib, sedangkan puasa Arafah adalah ibadah sunnah. Dalam kaidah fikih, ibadah wajib lebih diutamakan daripada ibadah sunnah jika keduanya tidak bisa dikerjakan secara bersamaan.
Namun, kalau ternyata waktunya bertepatan dan kita ingin tetap ikut puasa Arafah, boleh saja diniatkan untuk qadha dan sekaligus berharap mendapatkan pahala puasa Arafah. Ini adalah solusi yang bijak dan fleksibel sesuai dengan kemudahan yang diajarkan Islam.
Kesimpulan: Tetap Bisa Dapat Dua Pahala dalam Satu Niat
Jadi, untuk menjawab pertanyaan: apakah boleh puasa Arafah tapi belum mengganti puasa Ramadhan? Jawabannya boleh dan sah, bahkan dapat pahala puasa Arafah juga, asalkan niat puasa qadha dilakukan secara benar.
Namun, tetap dianjurkan agar utang puasa Ramadhan segera dilunasi sebelum mengejar puasa sunnah. Jika memang waktunya bertepatan, seperti tahun ini puasa Arafah jatuh pada 5 Juni 2025, dan kamu masih punya utang puasa Ramadhan, maka gabungkan saja niatnya: qadha puasa Ramadhan, sambil berharap keutamaan puasa Arafah.
Islam itu mudah dan penuh rahmat. Allah memberi banyak jalan bagi umat-Nya untuk mendapatkan pahala sebanyak mungkin, termasuk saat kita mengejar ibadah yang tertunda sambil tetap meraih keutamaan hari-hari istimewa.
