Arti Boru – Dalam masyarakat Batak, istilah “boru” memiliki makna yang lebih dalam dari sekadar penyebutan jenis kelamin perempuan. Kata ini merujuk pada perempuan Batak yang lahir dari suatu marga (klan) tertentu, dan memegang peranan penting dalam struktur sosial adat Batak.
“Boru” bukan hanya identitas, tetapi juga menunjukkan posisi seseorang dalam relasi kekerabatan, terutama dalam sistem Dalihan Na Tolu, yaitu struktur adat Batak yang mengatur hubungan antara pihak laki-laki, perempuan, dan pihak pemberi/menerima marga. Dalam struktur ini, “boru” menempati posisi sebagai pihak “hula-hula” atau “anak boru”, tergantung pada konteksnya.
Memahami arti “boru” adalah langkah penting untuk mengenali bagaimana peran perempuan Batak dihargai, baik dalam adat, keluarga, maupun kehidupan bermasyarakat. Artikel ini akan mengulas lebih dalam makna, fungsi, dan filosofi di balik istilah “boru” dalam budaya Batak.
Arti Boru dalam Budaya Batak
Dalam masyarakat Batak, nama seseorang bukan hanya sekadar identitas. Setiap nama mengandung makna, nilai, dan sejarah yang mendalam. Salah satu istilah yang paling sering ditemui dalam penamaan perempuan Batak adalah “boru.” Tapi, apa sebenarnya arti dari kata “boru”? Mengapa begitu penting dalam struktur sosial Batak?
Apa Arti ‘Boru’?
Secara sederhana, “boru” berarti “perempuan” atau “anak perempuan” dalam bahasa Batak. Istilah ini digunakan untuk menyebut nama marga dari seorang perempuan Batak, yang diturunkan dari ayahnya.
Contohnya:
- Seorang perempuan dari marga Simanjuntak akan disebut “Boru Simanjuntak.”
- Seorang perempuan dari marga Siregar akan disebut “Boru Siregar.”
Jadi, boru = perempuan bermarga X.
Makna Budaya di Balik ‘Boru’
Lebih dari sekadar penanda jenis kelamin, istilah boru mengandung banyak makna dalam kehidupan sosial masyarakat Batak:
1. Identitas Keluarga
Dalam adat Batak, setiap orang memiliki marga. Bagi perempuan, walaupun setelah menikah ia masuk ke dalam keluarga suaminya, marga ayahnya tetap melekat dan diakui secara adat.
2. Peran Adat
Perempuan Batak memiliki peran penting dalam acara adat:
- Sebagai “parboru” (pihak perempuan), mereka punya hak dan tanggung jawab dalam upacara adat.
- Perempuan Batak sering disebut sebagai penjaga kehormatan keluarga, karena melalui pernikahan dan relasi adat, mereka menjadi penghubung antar marga.
3. Simbol Martabat
Dalam banyak acara adat, keberadaan boru sangat dihormati. Mereka tidak hanya hadir sebagai pelengkap, tetapi seringkali juga menjadi penentu keharmonisan acara adat tersebut.
Boru: Nama yang Tetap Melekat
Meskipun perempuan Batak menikah dan masuk ke dalam marga suaminya, marga aslinya tidak pernah hilang. Ini berbeda dari budaya lain yang biasanya “menghapus” nama keluarga perempuan saat menikah.
Contoh penulisan nama bisa menjadi:
Maria Siregar Boru Simanjuntak
→ Maria adalah anak perempuan dari marga Simanjuntak yang menikah dengan pria bermarga Siregar.
Kesimpulan
Istilah boru mungkin terdengar sederhana, tapi sebenarnya sarat makna. Ia bukan hanya menunjukkan jenis kelamin atau garis keturunan, tapi juga mencerminkan struktur sosial, peran budaya, dan identitas dalam masyarakat Batak.
Melalui boru, kita bisa melihat bagaimana budaya Batak menempatkan perempuan sebagai penjaga nilai dan jembatan antar generasi—sebuah peran yang patut dihormati.
