Surat Al-Ma’un mungkin terdengar pendek, hanya terdiri dari tujuh ayat, namun pesan yang dibawanya sangat kuat dan menampar. Surat ini bukan hanya berbicara tentang ibadah dalam bentuk ritual seperti salat, tapi juga menyinggung soal kepedulian sosial, keikhlasan, dan kemunafikan. Di tengah masyarakat yang sering menilai kesalehan hanya dari sisi ibadah formal, surat ini datang sebagai pengingat bahwa agama bukan hanya soal hubungan dengan Allah, tapi juga hubungan dengan sesama manusia.
Surat ini termasuk surat Makkiyah, diturunkan di Mekkah, dan langsung menyentuh aspek moral dasar: bagaimana sikap seseorang terhadap anak yatim, orang miskin, dan kewajiban sosial. Allah membuka surat ini dengan pertanyaan retoris: “Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?” — lalu dijelaskan bahwa mereka adalah orang-orang yang justru mengabaikan anak yatim, tidak peduli terhadap orang miskin, lalai dalam salat, dan berbuat hanya untuk dipuji.
Melalui ayat-ayatnya, Surat Al-Ma’un mengajarkan bahwa ibadah yang benar adalah ibadah yang membuahkan kepedulian, bukan sekadar formalitas tanpa makna. Bahkan orang yang salat pun bisa celaka, jika salatnya tidak disertai dengan kesadaran, keikhlasan, dan kepedulian terhadap sesama.
Dalam pembahasan kali ini, kita akan menelusuri makna dari setiap ayat dalam Surat Al-Ma’un, memahami konteks sosial di baliknya, dan merenungkan pesan yang sangat relevan dengan kehidupan kita hari ini. Apakah kita sudah benar-benar memahami agama, atau jangan-jangan… kita termasuk orang yang disebut dalam surat ini?
Al-Ma’un
Makkiyah · 7
اَرَءَيْتَ الَّذِيْ يُكَذِّبُ بِالدِّيْنِۗ ١
a ra’aitalladzî yukadzdzibu bid-dîn : Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
فَذٰلِكَ الَّذِيْ يَدُعُّ الْيَتِيْمَۙ ٢
fa dzâlikalladzî yadu‘‘ul-yatîm : Itulah orang yang menghardik anak yatim
وَلَا يَحُضُّ عَلٰى طَعَامِ الْمِسْكِيْنِۗ ٣
wa lâ yaḫudldlu ‘alâ tha‘âmil-miskîn : dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin.
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّيْنَۙ ٤
fa wailul lil-mushallînCelakalah orang-orang yang melaksanakan salat,
الَّذِيْنَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُوْنَۙ ٥
alladzîna hum ‘an shalâtihim sâhûn : (yaitu) yang lalai terhadap salatnya,
الَّذِيْنَ هُمْ يُرَاۤءُوْنَۙ ٦
alladzîna hum yurâ’ûn : yang berbuat riya,
وَيَمْنَعُوْنَ الْمَاعُوْنَࣖ ٧
wa yamna‘ûnal-mâ‘ûn : dan enggan (memberi) bantuan.
Surat Al-Ma’un: Ibadah yang Tidak Lengkap Tanpa Kepedulian Sosial
Surat Al-Ma’un adalah salah satu surat pendek dalam Al-Qur’an yang mengandung pesan mendalam tentang pentingnya kepedulian sosial dan keikhlasan dalam beribadah. Surat ini termasuk surat Makkiyah yang terdiri dari 7 ayat, mengingatkan kita bahwa agama bukan hanya ritual formal, tapi juga bagaimana kita memperlakukan sesama, terutama yang lemah dan membutuhkan.
Ayat 1-3: Orang yang Mendustakan Agama
Allah SWT bertanya:
“Tahukah kamu orang yang mendustakan agama?” (QS. Al-Ma’un:1)
Orang yang dimaksud adalah mereka yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin (ayat 2-3). Anak yatim dan fakir miskin adalah kelompok yang paling membutuhkan perhatian dan perlindungan dalam Islam. Namun, ada sebagian orang yang mengabaikan dan bahkan menyakiti mereka. Sikap seperti ini menunjukkan ketidaktulusan dalam menjalankan agama.
Ayat 4-5: Peringatan bagi Orang yang Lalai dalam Salat
Allah memberikan peringatan keras:
“Celakalah orang-orang yang melaksanakan salat, yang mereka lalai dari salatnya.” (QS. Al-Ma’un:4-5)
Artinya, meskipun seseorang rutin salat, jika salatnya hanya ritual tanpa keikhlasan dan disertai kelalaian, maka sia-sialah ibadahnya. Salat yang benar haruslah diiringi dengan kesadaran dan ketulusan hati, bukan sekadar formalitas.
Ayat 6-7: Riya dan Enggan Memberi Bantuan
Selanjutnya, Allah mengingatkan bahwa orang-orang ini juga suka berbuat riya — melakukan ibadah atau kebaikan untuk dipuji orang lain — dan mereka menolak memberi bantuan sosial (mencegah pemberian ma’un, yaitu barang-barang kecil yang biasa diberikan kepada orang miskin).
Riya dan enggan berbagi adalah sifat yang sangat dikecam dalam Islam. Ibadah yang dipenuhi riya dan ketidakpedulian sosial tidak bernilai di sisi Allah.
Makna dan Pelajaran dari Surat Al-Ma’un
Surat ini mengajarkan kita bahwa:
- Agama harus dipraktikkan dengan hati yang tulus dan disertai kepedulian sosial. Menjadi seorang Muslim bukan hanya soal ritual, tapi juga sikap terhadap orang lain, terutama yang lemah dan kurang beruntung.
- Menjaga anak yatim dan membantu fakir miskin adalah kewajiban yang sangat penting. Menghardik atau mengabaikan mereka menunjukkan kedustaan terhadap agama.
- Salat tanpa kesadaran dan keikhlasan adalah ibadah yang sia-sia. Ibadah yang benar menuntut perhatian penuh dan niat yang tulus.
- Menolak memberikan bantuan kecil kepada yang membutuhkan menunjukkan sikap egois dan munafik. Islam sangat menekankan berbagi, sekecil apapun bentuknya.
Relevansi Surat Al-Ma’un di Zaman Modern
Di zaman sekarang, seringkali kita melihat orang yang sibuk dengan ibadah formal tapi lupa atau cuek terhadap penderitaan orang lain. Surat Al-Ma’un mengingatkan kita supaya tidak terjebak dalam ibadah yang kosong makna. Ibadah tanpa kepedulian sosial tidak akan membuahkan hasil baik di dunia maupun akhirat.
Kita diajak untuk refleksi: sudahkah kita peduli pada sesama? Sudahkah kita menolong anak yatim, fakir miskin, dan mereka yang membutuhkan bantuan? Sudahkah ibadah kita tulus tanpa riya dan kelalaian?
Kesimpulan
Surat Al-Ma’un adalah panggilan tegas agar umat Islam tidak hanya menjalankan ritual ibadah secara lahiriah, tapi juga menjaga hati dan sikap sosial. Ibadah yang tidak diiringi kepedulian sosial sama saja dengan mendustakan agama. Semoga kita termasuk orang yang menjaga ibadah dan kepedulian kita, sehingga hidup kita penuh berkah dan manfaat.
