Ittiba Adalah: Pengertian, Dalil, dan Pentingnya dalam Islam

Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti sering dengar istilah ittiba, apalagi kalau kamu suka ikut kajian atau belajar tentang Islam. Tapi, sebenarnya ittiba itu apa sih? Secara sederhana, ittiba adalah sikap mengikuti—dalam konteks ini, mengikuti ajaran, sunnah, dan teladan dari Nabi Muhammad ﷺ.

Ittiba bukan cuma soal ikut-ikutan aja, tapi mengikuti dengan ilmu, kesadaran, dan niat yang benar. Jadi, bukan karena “katanya”, tapi karena tahu dalilnya dan paham kenapa kita melakukannya. Inilah yang membedakan ittiba dari taqlid (mengikuti tanpa tahu alasan atau dalilnya).

Dalam Islam, ittiba itu penting banget. Karena kalau kita benar-benar mau menjalani hidup sesuai dengan syariat, ya tentu kita harus meneladani Rasulullah ﷺ dalam semua aspek—mulai dari ibadah, akhlak, sampai cara beliau bermuamalah. Ittiba inilah yang jadi jalan utama untuk mendapatkan ridha Allah.

Nah, di artikel ini, DomainJava.com bakal bahas lebih lanjut tentang apa itu ittiba, apa bedanya dengan taqlid, dan kenapa sikap ittiba penting banget buat seorang Muslim. Yuk, simak sama-sama!

Ittiba Adalah: Pengertian, Dalil, dan Pentingnya dalam Islam

Dalam ajaran Islam, umat Muslim diperintahkan untuk tidak hanya beriman, tetapi juga mengikuti tuntunan yang benar dalam beragama. Salah satu konsep penting yang menjadi landasan dalam beribadah dan menjalani kehidupan sehari-hari adalah ittiba. Meski sering disebut dalam kajian keislaman, tidak semua orang memahami makna ittiba secara mendalam. Artikel ini akan membahas apa itu ittiba, perbedaannya dengan taklid, serta pentingnya ittiba dalam kehidupan seorang Muslim.

Pengertian Ittiba

Secara bahasa, ittiba (الاتباع) berasal dari bahasa Arab yang berarti mengikuti atau meneladani. Dalam konteks Islam, ittiba berarti mengikuti ajaran, sunnah, dan jalan yang telah diajarkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dengan ilmu dan pemahaman yang benar. Ittiba dilakukan secara sadar, berdasarkan dalil, bukan sekadar ikut-ikutan tanpa pengetahuan.

Ittiba berbeda dengan taklid, yang artinya mengikuti pendapat orang lain tanpa mengetahui dasar atau alasannya. Ittiba dilakukan oleh orang yang ingin mengikuti Nabi karena memahami bahwa Rasulullah ﷺ adalah teladan terbaik yang diturunkan oleh Allah.

Dalil Tentang Ittiba dalam Al-Qur’an dan Hadis

Konsep ittiba ditegaskan dalam berbagai ayat Al-Qur’an dan hadis Nabi, di antaranya:

  1. Surah Ali Imran ayat 31
    “Katakanlah (Muhammad): Jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku (ittiba’i), niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
    Ayat ini menegaskan bahwa tanda cinta kepada Allah adalah dengan mengikuti Rasul-Nya.
  2. Surah Al-Ahzab ayat 21
    “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu…”
    Rasulullah ﷺ adalah contoh terbaik dalam semua aspek kehidupan: ibadah, akhlak, muamalah, hingga kepemimpinan.
  3. Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim
    “Barang siapa yang mengada-adakan sesuatu dalam urusan kami ini (agama) yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari & Muslim)
    Hadis ini menunjukkan bahwa setiap amalan dalam agama harus mengikuti contoh Nabi (ittiba), bukan berdasarkan hawa nafsu atau tradisi yang menyimpang.

Perbedaan Ittiba dan Taklid

AspekIttibaTaklid
PengertianMengikuti ajaran Nabi dengan ilmu dan dalilMengikuti seseorang tanpa mengetahui dalilnya
SumberAl-Qur’an dan SunnahPendapat ulama atau tokoh tertentu
PelakuOrang yang memiliki pemahaman dasar agamaUmumnya orang awam
TujuanMeneladani Rasulullah ﷺMenghindari kebingungan dalam memahami agama

Pentingnya Ittiba dalam Kehidupan Muslim

  1. Menjaga Kemurnian Agama
    Ittiba menjauhkan umat Islam dari bid’ah dan ajaran yang tidak sesuai dengan sunnah Nabi.
  2. Mendapatkan Kecintaan Allah
    Seperti dalam Surah Ali Imran ayat 31, Allah mencintai hamba yang mengikuti Rasulullah.
  3. Menjadi Muslim yang Berilmu
    Orang yang ittiba berusaha memahami dalil dan dasar setiap amalannya, bukan sekadar ikut-ikutan.
  4. Terhindar dari Penyimpangan
    Dengan ittiba, umat Islam memiliki standar kebenaran yang jelas yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, bukan hawa nafsu atau budaya yang salah.

Contoh Praktik Ittiba dalam Kehidupan Sehari-hari

  • Dalam beribadah: Seorang Muslim yang ittiba akan shalat, puasa, dan berzakat sesuai dengan tuntunan Nabi ﷺ, bukan berdasarkan tradisi turun-temurun semata.
  • Dalam berpakaian: Berpakaian sesuai syariat, seperti menutup aurat, merupakan bentuk ittiba terhadap ajaran Nabi.
  • Dalam berakhlak: Meneladani akhlak Nabi seperti jujur, sabar, pemaaf, dan rendah hati.
  • Dalam berdoa dan dzikir: Mengamalkan dzikir dan doa yang diajarkan Nabi, bukan membuat sendiri bacaan yang tidak ada dasarnya.

Ittiba dalam Bidang Ilmu dan Dakwah

Para ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah menjadikan ittiba sebagai prinsip utama dalam berdakwah dan berijtihad. Mereka berusaha merujuk langsung kepada Al-Qur’an dan Sunnah serta penjelasan para sahabat dan tabiin. Oleh karena itu, ittiba menjadi kunci dalam memahami agama secara lurus dan murni.

Bahaya Meninggalkan Ittiba

Meninggalkan ittiba atau mengikuti ajaran selain Nabi dapat menjerumuskan seseorang ke dalam:

  • Bid’ah (perbuatan baru dalam agama)
  • Kesyirikan jika mengikuti ajaran yang bertentangan dengan tauhid
  • Perpecahan umat, karena tidak adanya standar kebenaran yang sama
  • Kesesatan, sebagaimana yang disebut dalam hadis-hadis tentang bahaya menyimpang dari jalan Rasul

Kesimpulan

Ittiba adalah mengikuti Rasulullah ﷺ dalam segala aspek kehidupan dengan ilmu dan berdasarkan dalil. Ini merupakan ciri utama seorang Muslim yang ingin hidup sesuai syariat Islam yang murni. Melalui ittiba, seorang hamba akan mendapatkan cinta dan ridha Allah, serta terhindar dari penyimpangan dalam beragama. Maka dari itu, marilah kita selalu belajar, memahami, dan mengamalkan ajaran Nabi ﷺ dengan benar dan penuh kesungguhan.