Kehamilan itu momen yang penuh cerita, ya. Setiap ibu hamil pasti ingin perjalanan sembilan bulannya berjalan lancar tanpa hambatan. Nah, salah satu hal penting yang biasanya dicek saat kontrol kehamilan adalah tekanan darah. Karena dari sini dokter atau bidan bisa melihat apakah kondisi ibu dan janin dalam keadaan sehat atau ada tanda-tanda yang perlu lebih diperhatikan.
Kalau ngomongin tekanan darah, angka yang sering bikin perhatian adalah ketika hasil pemeriksaan menunjukkan 140/80 mmHg. Bagi sebagian orang mungkin terlihat “biasa aja”, tapi untuk ibu hamil, ini bisa jadi catatan khusus. Kenapa? Karena tekanan darah yang agak tinggi bisa mengarah pada risiko tertentu, terutama kalau terjadi sejak trimester pertama.
Makanya, saat kontrol rutin di trimester pertama, bidan atau dokter nggak cuma mencatat angka tekanan darah, tapi juga akan mempertimbangkan langkah-langkah pengelolaan. Tujuannya jelas: supaya kondisi ibu tetap stabil dan janin bisa berkembang dengan baik. Jadi bukan cuma sekadar “catat lalu pulang”, tapi ada rangkaian pemeriksaan lanjutan dan saran gaya hidup yang biasanya diberikan.
Pertanyaan pentingnya: bagaimana sih seharusnya pengelolaan ibu hamil dengan tensi 140/80 mmHg pada kunjungan trimester pertama? Nah, inilah yang akan kita bahas lebih santai tapi tetap informatif, supaya mudah dipahami oleh calon ibu, keluarga, ataupun siapa saja yang peduli dengan kesehatan ibu hamil.
Bagaimana Pengelolaan Ibu Hamil dengan Tensi 140/80 mmHg pada Pemeriksaan Kunjungan Trimester Pertama?
Tekanan darah merupakan salah satu indikator penting dalam penilaian kondisi kesehatan ibu hamil, khususnya pada kunjungan antenatal atau kehamilan. Nilai tekanan darah 140/80 mmHg tergolong ambang batas atas dari tekanan darah normal. Oleh karena itu, apabila seorang ibu hamil menunjukkan tekanan darah 140/80 mmHg pada kunjungan trimester pertama, hal ini perlu mendapat perhatian dan pemantauan yang tepat.
Artikel ini akan membahas bagaimana pengelolaan ibu hamil dengan tekanan darah 140/80 mmHg pada trimester pertama secara sistematis berdasarkan prinsip pelayanan kesehatan ibu yang aman dan berbasis bukti.
1. Interpretasi Tekanan Darah 140/80 mmHg pada Ibu Hamil
Berdasarkan pedoman WHO dan Kementerian Kesehatan RI:
Tekanan darah normal pada kehamilan: <140/90 mmHg
Hipertensi dalam kehamilan: ≥140/90 mmHg
Dengan demikian, 140/80 mmHg belum dikategorikan sebagai hipertensi, tetapi menunjukkan bahwa tekanan sistolik berada di ambang batas atas. Ini berarti ibu hamil berada dalam kondisi yang harus diwaspadai (prehipertensi) dan memerlukan pemantauan ketat untuk mencegah komplikasi lebih lanjut seperti hipertensi gestasional atau preeklamsia.
2. Anamnesis dan Pemeriksaan Lanjutan
Setelah ditemukan tensi 140/80 mmHg, langkah selanjutnya adalah melakukan anamnesis dan pemeriksaan penunjang:
a. Anamnesis:
Riwayat hipertensi sebelum hamil
Riwayat hipertensi dalam kehamilan sebelumnya
Riwayat keluarga dengan hipertensi atau preeklamsia
Gejala penyerta seperti nyeri kepala, pandangan kabur, nyeri ulu hati, atau bengkak kaki
b. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang:
Pemeriksaan berat badan dan IMT
Tes urin (proteinuria)
Pemeriksaan denyut jantung janin (DJJ)
Pemeriksaan laboratorium jika diperlukan (fungsi ginjal, kadar asam urat, dan fungsi hati)
3. Edukasi dan Konseling
Edukasi menjadi bagian penting dalam pengelolaan awal. Ibu hamil perlu diberikan pemahaman tentang:
Pentingnya pemeriksaan antenatal rutin (minimal 4 kali selama kehamilan)
Mengenali tanda-tanda bahaya seperti pembengkakan ekstremitas, nyeri kepala hebat, gangguan penglihatan, dan penurunan gerak janin
Pola makan sehat dan rendah garam
Aktivitas fisik ringan sesuai anjuran
Menghindari stres berlebihan
4. Monitoring dan Follow-up
a. Pemantauan Tekanan Darah Berkala:
Ulangi pemeriksaan tekanan darah minimal 2–3 kali dalam kunjungan berikutnya.
Jika tekanan darah meningkat ≥140/90 mmHg, maka diagnosis hipertensi gestasional dapat dipertimbangkan.
b. Pemantauan Proteinuria:
Uji dipstick urin dilakukan secara rutin untuk mendeteksi kemungkinan preeklamsia.
c. Rujukan Jika Perlu:
Bila tekanan darah terus meningkat atau ditemukan proteinuria, maka ibu hamil perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan yang memiliki layanan spesialistik (dokter obgyn) untuk evaluasi lebih lanjut.
5. Pencegahan Preeklamsia
Jika ibu hamil tergolong berisiko tinggi mengalami preeklamsia (misalnya memiliki riwayat preeklamsia, hipertensi kronis, diabetes, atau kehamilan pertama), dokter mungkin mempertimbangkan pemberian:
Aspirin dosis rendah (75–150 mg/hari) mulai dari usia kehamilan 12 minggu hingga 36 minggu
Suplemen kalsium jika asupan kalsium rendah
Penggunaan aspirin hanya dilakukan berdasarkan anjuran dokter, karena penggunaannya bersifat preventif pada kasus risiko tinggi.
Kesimpulan
Tekanan darah 140/80 mmHg pada kunjungan trimester pertama belum tergolong hipertensi, namun menandakan kondisi yang perlu diwaspadai. Pengelolaan yang tepat meliputi monitoring berkala, edukasi, pemeriksaan penunjang, serta perubahan gaya hidup. Tujuannya adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi serius, seperti hipertensi gestasional dan preeklamsia, yang dapat membahayakan ibu dan janin.
Dengan pendekatan yang sistematis dan kolaboratif antara ibu hamil dan tenaga kesehatan, kehamilan dapat dikelola dengan aman hingga persalinan.
