Profil Komjen Dedi Prasetyo dan Komjen Suyudi Ario Seto

Belakangan ini, publik lagi rame ngomongin soal siapa yang bakal jadi Kapolri baru setelah Jenderal Listyo Sigit Prabowo. Nggak heran sih, soalnya posisi ini emang penting banget di institusi kepolisian, dan tentunya jadi sorotan banyak pihak. Nah, dari beberapa nama yang beredar, ada dua jenderal bintang tiga yang disebut-sebut sebagai kandidat terkuat: Komjen Dedi Prasetyo dan Komjen Suyudi Ario Seto.

Keduanya bukan sosok sembarangan. Mereka punya pengalaman panjang di kepolisian dan dikenal punya rekam jejak yang oke. Komjen Dedi, misalnya, saat ini menjabat sebagai Wakapolri. Sedangkan Komjen Suyudi, juga punya posisi strategis dan karier yang terus menanjak. Makanya nggak heran kalau nama mereka muncul ke permukaan sebagai calon kuat pengganti Kapolri saat ini.

Ngomongin soal pergantian Kapolri emang selalu menarik. Selain menyangkut arah kebijakan institusi ke depan, hal ini juga jadi ajang penilaian publik terhadap siapa sosok yang dianggap paling layak. Apakah yang punya pengalaman lebih banyak, atau yang dinilai punya pendekatan lebih humanis?

Nah, biar nggak cuma ikut-ikutan sebut nama doang, yuk kita kenalan lebih dekat sama dua tokoh ini. Siapa tahu, setelah baca profil singkatnya, kamu bisa punya gambaran sendiri siapa yang lebih cocok duduk di kursi Kapolri selanjutnya!

Dua Kandidat Kuat Kapolri Pengganti Jenderal Listyo Sigit: Ini Profil Komjen Dedi Prasetyo dan Komjen Suyudi Ario Seto

Seiring dengan berakhirnya masa jabatan Jenderal Listyo Sigit Prabowo sebagai Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri), wacana mengenai siapa sosok yang pantas menggantikan posisi strategis ini pun mulai ramai diperbincangkan. Dua nama yang paling sering disebut sebagai kandidat kuat pengganti Jenderal Listyo Sigit adalah Komisaris Jenderal (Komjen) Dedi Prasetyo dan Komisaris Jenderal Suyudi Ario Seto. Keduanya merupakan perwira tinggi Polri dengan rekam jejak panjang dan dianggap memiliki kemampuan, integritas, serta pengalaman yang mumpuni untuk memimpin institusi Kepolisian di tengah dinamika penegakan hukum di Indonesia.

Tantangan Posisi Kapolri di Era Modern

Sebelum membahas profil masing-masing kandidat, penting untuk memahami tantangan yang dihadapi oleh seorang Kapolri di era saat ini. Posisi Kapolri bukan hanya sekadar jabatan administratif tertinggi di tubuh Polri, tetapi juga berperan sebagai simbol kepercayaan publik terhadap penegakan hukum dan keamanan di Indonesia.

Kapolri bertanggung jawab atas ribuan personel kepolisian di seluruh negeri, serta memiliki peran strategis dalam menjaga stabilitas nasional, menegakkan hukum secara adil, dan menghadirkan rasa aman di tengah masyarakat. Tantangan besar juga muncul dari tuntutan transparansi publik, pemberantasan korupsi, penguatan akuntabilitas internal, hingga penanganan kasus-kasus besar seperti narkoba, terorisme, dan kejahatan siber.

Dengan tantangan tersebut, pemilihan Kapolri bukanlah sekadar urusan senioritas, melainkan juga soal rekam jejak, visi kepemimpinan, dan kemampuan mengelola institusi yang kompleks.

Profil dan Kiprah Komjen Dedi Prasetyo

Komjen Dedi Prasetyo merupakan salah satu nama yang belakangan ini mencuat sebagai calon kuat Kapolri. Saat ini, ia menjabat sebagai Wakapolri sejak 5 Agustus 2025, posisi yang secara hierarkis hanya satu tingkat di bawah Kapolri. Lahir pada 26 Juli 1968, Dedi merupakan alumnus Akademi Kepolisian (Akpol) tahun 1990, yang artinya ia telah mengabdi di institusi kepolisian lebih dari tiga dekade.

Karier di Dunia Reserse dan Pengawasan

Dedi dikenal luas sebagai sosok yang berpengalaman di bidang reserse. Kariernya banyak dihabiskan di lini operasional, menangani kasus-kasus kriminal, serta membangun jaringan informasi yang kuat di lingkungan penegakan hukum. Ia juga pernah menduduki posisi strategis sebagai Kadiv Humas Polri, yang membuatnya akrab dengan publik dan media. Dalam jabatan ini, Dedi menunjukkan kemampuannya dalam membangun citra positif kepolisian di tengah berbagai tantangan pemberitaan negatif dan kasus yang melibatkan anggota.

Sebelum menjadi Wakapolri, Dedi dipercaya sebagai Inspektur Pengawasan Umum (Irwasum) Polri, jabatan yang fokus pada pengawasan internal institusi. Di posisi ini, ia dikenal tegas dalam menegakkan disiplin dan etika di tubuh Polri, serta melakukan evaluasi dan audit terhadap pelaksanaan tugas di berbagai wilayah.

Latar Belakang Pendidikan

Selain lulusan Akpol, Dedi juga merupakan alumnus Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1999 dan Sekolah Staf dan Pimpinan (Sespim) pada 2005. Ia juga tercatat mengikuti berbagai pelatihan kepolisian baik di dalam maupun luar negeri, yang memperkuat perspektifnya terhadap profesionalisme kepolisian modern.

Kehidupan Pribadi dan Citra Publik

Dedi menikah dengan Marta Dwi Maryani, seorang tokoh Bhayangkari yang aktif dalam kegiatan sosial dan pemberdayaan keluarga polisi. Kehidupan pribadi Dedi yang relatif bersih dari kontroversi menjadi salah satu nilai tambah bagi dirinya. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, santun, namun tegas dan memiliki visi profesionalisme dalam institusi Polri.

Selain itu, kedekatannya dengan Jenderal Listyo Sigit juga menjadi perhatian publik dan kalangan pengamat. Dedi disebut-sebut sebagai salah satu figur kepercayaan Listyo selama masa jabatannya. Hal ini dapat menjadi keuntungan sekaligus tantangan, karena bisa dianggap sebagai penerus yang melanjutkan visi dan misi pendahulunya.

Profil dan Karier Komjen Suyudi Ario Seto

Komjen Suyudi Ario Seto merupakan nama lain yang saat ini banyak disebut-sebut sebagai pesaing kuat dalam bursa calon Kapolri. Ia saat ini menjabat sebagai Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN), setelah sebelumnya menduduki berbagai posisi strategis di tubuh Polri. Masa jabatannya sebagai Kepala BNN bahkan baru saja diperpanjang pada 25 Agustus 2025, menunjukkan tingkat kepercayaan yang tinggi dari pemerintah terhadap kinerjanya.

Lulusan Akpol dan Ahli di Bidang Reserse

Lahir dan besar di Pandeglang, Banten, Suyudi merupakan alumnus Akpol tahun 1994. Ia dikenal memiliki spesialisasi di bidang reserse, dengan penguasaan mendalam terhadap investigasi kriminal, terutama kasus-kasus kejahatan berat dan terorganisir. Suyudi memulai kariernya dari bawah, dan dikenal sebagai sosok pekerja keras dan disiplin.

Kariernya mulai mendapat sorotan publik saat ia menjabat sebagai Kapolres Majalengka pada tahun 2014, di awal masa pemerintahan Presiden Joko Widodo. Ia kemudian dipercaya memegang jabatan strategis sebagai Direktur Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Metro Jaya pada 2019, sebelum akhirnya menjadi Kapolda Banten, dan kemudian Kepala BNN pada 2025.

Peran Strategis di BNN dan Komitmen Anti Narkoba

Sebagai Kepala BNN, Suyudi membawa pendekatan baru dalam penanganan masalah narkoba di Indonesia. Ia dikenal tidak hanya fokus pada pendekatan penindakan, tetapi juga pada pencegahan dan rehabilitasi. Salah satu inisiatifnya yang menonjol adalah penguatan program rehabilitasi berbasis komunitas serta kerja sama lintas lembaga dalam penanganan sindikat internasional narkoba.

Di bawah kepemimpinannya, BNN juga gencar melakukan pengawasan di pelabuhan-pelabuhan kecil dan jalur-jalur alternatif penyelundupan narkoba yang selama ini luput dari pantauan. Pendekatan strategis inilah yang membuatnya dilirik sebagai sosok yang mampu membawa semangat reformasi dan pemberantasan kejahatan terorganisir ke tingkat yang lebih tinggi.

Kiprah Lokal hingga Nasional

Sebagai putra daerah Banten, Suyudi dikenal memiliki pemahaman yang kuat terhadap kondisi sosial dan keamanan di wilayah Jawa bagian barat. Namun, ia juga menunjukkan kapasitas nasional melalui kiprah di Jakarta dan lembaga seperti BNN. Karakternya yang tegas dan berorientasi hasil menjadikannya figur yang dianggap layak untuk membawa pembaruan di tubuh Polri.

Perbandingan Gaya Kepemimpinan

Meski keduanya berasal dari latar belakang reserse dan memiliki pengalaman panjang, gaya kepemimpinan Dedi dan Suyudi memiliki nuansa yang berbeda.

  • Dedi Prasetyo lebih dikenal sebagai figur yang tenang, sistematis, dan ahli dalam membangun komunikasi publik. Ia juga punya pengalaman dalam reformasi internal dan pengawasan etika, yang penting untuk membenahi citra dan kedisiplinan di institusi Polri.

  • Suyudi Ario Seto lebih menonjol dalam aspek operasional, terutama dalam penindakan kasus berat dan kejahatan terorganisir. Ia punya rekam jejak dalam pemberantasan narkoba dan dikenal sebagai pemimpin lapangan yang responsif dan berani mengambil risiko.

Pemilihan antara keduanya kemungkinan akan ditentukan oleh arah kebijakan pemerintah berikutnya—apakah lebih membutuhkan sosok reformis-institusional seperti Dedi, atau pendekatan penindakan tegas seperti Suyudi.

Respons Masyarakat dan Pengamat

Sejumlah pengamat kepolisian dan politik menilai bahwa kedua kandidat sama-sama memiliki kelebihan dan kapasitas untuk memimpin Polri. Namun, opini publik juga memegang peran penting, mengingat posisi Kapolri saat ini sangat terikat dengan kepercayaan masyarakat.

Lembaga survei juga sudah mulai merilis data awal tentang elektabilitas dan tingkat kepercayaan terhadap beberapa nama calon Kapolri, termasuk Dedi dan Suyudi. Dedi unggul dalam aspek komunikasi dan keterbukaan media, sementara Suyudi kuat dalam aspek ketegasan dan pemberantasan kriminalitas.