Saat ini PT Permata Dewata 29 terdaftar sebagai perusahaan real estate yang termukaka di seluruh dunia, dengan kantor penjualan berlokasi di Denpasar. Ia memiliki cabang di Bangkok, Thailand; Kuala Lumpur, Malaysia; Hongkong; Toronto Kanada; dan Austin, Texas yang fokus pada produksi produknya. PT Permata Dewata 29 menjual produknya terutama melalui penjualan langsung dari kantor penjualan regionalnya, namun juga memanfaatkan distributor dan perdagangan elektronik. Perusahaan ini memiliki sekitar 8.200 karyawan, tidak termasuk karyawan kontrak.
Selain memproduksi instrumennya, PT Permata Dewata 29 juga memproduksi perlengkapan property, memberikan konsultasi kepada pelanggan tentang cara memilih instrumen atau desain dalam menuangkannya pada arsitektur ruangan, melakukan layanan perbaikan dan pemeliharaan untuk instrumen tersebut, yang semuanya merupakan pendapatan tambahan dan terpisah.
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2024, laba sebelum pajak PT Permata Dewata 29 yang belum diaudit adalah Rp1,89 triliun dari pendapatan penjualan bersih sebesar Rp1,02 triliun. Setelah penyisihan pajak penghasilan, laba bersih adalah Rp920 milyar. Penjualan instrumen menyumbang sekitar 75% dari pendapatan PT Permata Dewata 29, sementara persediaan, konsultasi, dan layanan menyumbang sisanya.
Selama 10 bulan terakhir, perekonomian global mulai mengalami perlambatan setelah pertumbuhan ekonomi selama 3 tahun berturut-turut seiring dengan negara-negara Lingkar Pasifik seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Jepang kini berada di tengah-tengah resesi yang sedang berlangsung. Seperti yang telah diperkirakan oleh para ekonom, perlambatan ekonomi ini berdampak pada Eropa menjelang akhir tahun 2024, sebelum meluas ke negara Asia Timur.
Sebagai akibat dari perlambatan ekonomi ini, beberapa area yang menjadi fokus tim audit mencakup piutang (AR) dan cadangan penyisihan kerugian piutang (ACL) terkait di neraca dan beban piutang tak tertagih di laporan laba rugi. Beberapa pelanggan instrumen PT Permata Dewata 29 baru-baru ini mengalami penurunan arus kas, karena penjualan yang tertekan dari tahun ke tahun, dan bertanya kepada PT Permata Dewata 29 apakah mereka dapat membayar dengan mencicil. Ada juga peningkatan retur dan PT Permata Dewata 29 telah memberikan cadangan penyisihan sebagai akibat dari perlambatan bisnis banyak pelanggan.
Tim audit yang terdiri dari Jordan (mitra), Aaron (manajer) dan Cameron (senior) bertemu di salah satu ruang rapat perusahaan untuk membahas potensi area risiko audit substantif PT Permata Dewata 29. Setelah berdikusi, tim memutuskan area pendapatan dan laba bersih, terutama pada area pengakuan pendapatan, dan area lain yang relevan seperti cadangan kerugian tak tertagih dan provisi dari retur penjualan dan cadangan. Tim menemukan indikasi awal bahwa banyak pelanggan yang berada di luar negara kantor penjualan (PT Permata Dewata 29 hanya memiliki 5 kantor penjualan yaitu Canada, China, Singapore, UK, dan USA) seperti Argentina, Germany, India, Italia, Perancis, Japan dll. Bahkan ada beberapa diantaranya memiliki saldo lebih dari standar perusahaan, yakni Rp750 juta. Selama ini Perusahaan PT Anacaraka belum pernah membayar invoicenya selama bertransaksi dengan PT Permata Dewata 29. Banyak pelanggan yang jumlah cadangannya lebih besar dari invoice di tahun tersebut. Pada data retur, ada beberapa transaksi retur yang terjadi setelah 90 hari terjadinya penjualan. Dan retur akan diprediksi semakin banyak apabila terjadi penurunan kondisi ekonomi global.
Identifikasi risiko salah saji dan berikan saran kepada tim audit terkait prosedur audit pengujian pengendalian yang sebaiknya dijalankan pada proses audit PT Permata Dewata 29!
Identifikasi Risiko Salah Saji dan Prosedur Audit Pengujian Pengendalian pada PT Permata Dewata 29
Dalam kasus PT Permata Dewata 29, berbagai faktor yang terjadi baik internal maupun eksternal memberikan indikasi adanya potensi risiko salah saji yang signifikan. Melihat informasi yang diberikan, kita dapat mengidentifikasi beberapa area risiko yang dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan, terutama terkait dengan pengakuan pendapatan, piutang tak tertagih, cadangan penyisihan kerugian piutang (ACL), retur penjualan, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi pelanggan perusahaan. Berikut adalah analisis mendalam mengenai risiko salah saji dan prosedur audit yang dapat diterapkan untuk mengurangi risiko tersebut.
Risiko Salah Saji yang Ditemui
1. Risiko Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan adalah salah satu area kritikal yang dapat menyebabkan risiko salah saji. Pendapatan dapat salah diakui, baik pada waktu yang salah (overstatement atau understatement) atau jumlah yang tidak tepat. Beberapa indikasi yang menunjukkan adanya risiko pengakuan pendapatan antara lain:
- Penurunan penjualan dan permintaan: Perlambatan ekonomi global, yang berdampak pada penurunan permintaan di negara-negara Asia Timur dan Eropa, kemungkinan besar mengurangi penjualan instrumen PT Permata Dewata 29.
- Pelanggan yang mencicil pembayaran: Permintaan dari pelanggan untuk mencicil pembayaran, atau bahkan menunda pembayaran, menunjukkan adanya masalah dengan pengakuan pendapatan. Pendapatan yang seharusnya diakui saat penyerahan barang mungkin belum dapat dipenuhi jika pembayaran ditangguhkan atau tidak ada kepastian terkait kapan pembayaran akan diterima.
- Pelanggan dengan saldo piutang tinggi: Banyak pelanggan internasional, yang berada di luar negara kantor penjualan PT Permata Dewata 29, menunjukkan saldo piutang yang melebihi batas wajar, seperti yang disebutkan, Rp750 juta. Hal ini menunjukkan potensi overstatement pada pendapatan dan piutang.
2. Risiko Piutang Tak Tertagih (Bad Debts)
Kondisi pelanggan yang mengalami penurunan arus kas dan kesulitan membayar dapat meningkatkan risiko piutang tak tertagih. PT Permata Dewata 29 perlu memastikan bahwa cadangan kerugian piutang mencerminkan kondisi yang ada. Beberapa risiko terkait dengan piutang tak tertagih yang perlu diperhatikan adalah:
- Pelanggan yang tidak membayar tagihan: Seperti halnya PT Anacaraka yang belum membayar faktur meskipun telah melakukan transaksi sebelumnya, ini menunjukkan adanya masalah dengan piutang yang sudah jatuh tempo dan tidak terbayar.
- Cadangan penyisihan kerugian piutang yang tidak memadai: Meningkatnya permintaan cicilan dan retur barang dapat menyebabkan perusahaan menghadapi beban piutang tak tertagih yang lebih besar dari yang diantisipasi. Jika cadangan kerugian piutang tidak mencukupi untuk menutupi potensi kerugian, ini akan berisiko menyebabkan salah saji dalam laporan keuangan.
3. Risiko Retur Penjualan
Peningkatan retur yang terjadi setelah 90 hari menunjukkan adanya masalah dalam pengelolaan penjualan. Biasanya, retur yang terjadi setelah jangka waktu yang lama (lebih dari 30 atau 60 hari) bisa menunjukkan masalah pada kualitas produk, ketidakpuasan pelanggan, atau kebijakan perusahaan yang tidak cukup ketat dalam mengelola produk yang dikembalikan.
- Peningkatan retur: Jika kondisi ekonomi global semakin buruk, pelanggan mungkin akan lebih sering melakukan retur sebagai bentuk protes terhadap produk atau ketidakpuasan. PT Permata Dewata 29 harus memastikan bahwa mereka memiliki kebijakan yang jelas terkait dengan pengelolaan retur, serta bahwa estimasi retur tercatat secara tepat di dalam laporan keuangan.
4. Risiko Penyisihan Kerugian Piutang
Penyisihan kerugian piutang (allowance for doubtful accounts/ACL) adalah cadangan yang dibuat untuk mengantisipasi kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih. Perusahaan harus secara akurat mengevaluasi kondisi keuangan pelanggan dan menentukan apakah cadangan ACL yang ada sudah mencerminkan risiko tersebut.
- Peningkatan cadangan penyisihan: Beberapa pelanggan memiliki saldo lebih besar dari batas wajar, menunjukkan adanya risiko piutang tak tertagih yang lebih besar dari yang diantisipasi. Perusahaan harus memastikan bahwa penyisihan ACL dihitung dengan cara yang konservatif dan realistis.
5. Risiko Perdagangan Elektronik dan Distribusi Internasional
PT Permata Dewata 29 memiliki saluran distribusi yang mencakup banyak negara internasional, seperti Argentina, Jerman, India, Italia, dan Jepang. Keberagaman pasar ini membawa tantangan tersendiri, terutama terkait dengan pengelolaan piutang dan penerapan kebijakan yang konsisten dalam semua pasar.
- Piutang internasional: Piutang dari pelanggan internasional harus dikelola dengan hati-hati karena perbedaan dalam regulasi, kurs mata uang, dan kesulitan dalam menagih utang di luar negeri.
- Penjualan via distribusi elektronik: Penjualan melalui platform perdagangan elektronik juga perlu diawasi, mengingat adanya risiko transaksi yang bisa saja tidak sesuai dengan yang diharapkan atau terjadi pengembalian produk yang lebih banyak.
Prosedur Audit Pengujian Pengendalian yang Disarankan
Setelah mengidentifikasi risiko yang mungkin timbul, tim audit perlu merancang prosedur audit yang sesuai untuk memastikan bahwa laporan keuangan PT Permata Dewata 29 tidak mengandung salah saji material. Berikut adalah beberapa prosedur audit yang dapat dilakukan oleh tim audit:
1. Audit Pengakuan Pendapatan
- Pengujian pengendalian terkait pengakuan pendapatan: Audit harus memeriksa kebijakan pengakuan pendapatan perusahaan untuk memastikan bahwa pendapatan hanya diakui setelah barang diserahkan atau jasa diberikan, dan bahwa jumlah yang diakui sesuai dengan syarat kontrak.
- Pengujian terhadap transaksi yang melibatkan pembayaran cicilan: Verifikasi apakah pendapatan yang diakui sesuai dengan penerimaan kas atau pembayarannya. Pastikan bahwa pendapatan yang diakui terkait dengan cicilan atau pembayaran di muka dicatat sesuai dengan periode akuntansi yang benar.
2. Audit Piutang dan Cadangan Kerugian Piutang (ACL)
- Pengujian terhadap saldo piutang: Verifikasi saldo piutang yang lebih tinggi dari batas yang wajar, terutama yang berasal dari pelanggan internasional. Uji apakah piutang yang besar ini memiliki dukungan yang memadai (seperti jaminan atau pembayaran yang dijadwalkan).
- Evaluasi cadangan kerugian piutang: Periksa apakah penyisihan kerugian piutang yang dicatat oleh perusahaan sesuai dengan kondisi pasar dan piutang yang ada. Gunakan pendekatan statistik atau analisis historis untuk menguji kecukupan cadangan.
3. Audit terhadap Transaksi Retur
- Verifikasi kebijakan retur: Pastikan bahwa perusahaan memiliki kebijakan retur yang jelas dan konsisten, serta bahwa retur barang dicatat sesuai dengan kebijakan tersebut. Uji apakah retur yang tercatat terjadi dalam jangka waktu yang wajar dan sesuai dengan standar perusahaan.
- Audit pengaruh ekonomi terhadap retur: Dengan kondisi ekonomi yang melambat, proyeksikan dampak dari potensi peningkatan retur pada laporan keuangan dan cadangan retur perusahaan.
4. Audit Proses Perdagangan Elektronik dan Distribusi Internasional
- Verifikasi pengendalian terkait transaksi e-commerce: Pastikan bahwa transaksi yang dilakukan melalui platform elektronik dicatat dengan tepat. Audit apakah proses pengembalian produk dan klaim pelanggan ditangani sesuai dengan kebijakan yang ada.
- Pengujian terhadap piutang internasional: Uji apakah piutang dari pelanggan internasional telah dicatat dengan hati-hati, memperhatikan perbedaan waktu, mata uang, dan risiko operasional lainnya.
5. Audit Pengelolaan Risiko Ekonomi
- Evaluasi dampak perlambatan ekonomi: Mengingat adanya risiko penurunan ekonomi global, audit harus mengevaluasi apakah PT Permata Dewata 29 telah memperhitungkan potensi dampak ekonomi terhadap penjualan dan piutang. Perusahaan harus memiliki cadangan atau strategi mitigasi untuk menghadapi kemungkinan ketidakpastian ekonomi di masa depan.
Kesimpulan
Dalam mengaudit PT Permata Dewata 29, penting untuk memperhatikan berbagai area risiko yang berkaitan dengan pengakuan pendapatan, piutang tak tertagih, retur penjualan, serta dampak perlambatan ekonomi global. Tim audit perlu melakukan pengujian pengendalian yang teliti pada setiap area yang rawan terjadi salah saji, seperti pengakuan pendapatan, penyisihan kerugian piutang, dan retur. Dengan prosedur audit yang tepat, tim audit dapat memberikan penilaian yang akurat terkait keandalan laporan keuangan PT Permata Dewata 29 dan memberikan rekomendasi yang sesuai untuk meningkatkan pengendalian internal perusahaan.
