SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat

SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat
DomainJava.com - Berikut ini pembahasan tentang SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat, artikel ini dirangkum dari berbagai sumber terpercaya.

Apabila kalian mencari informasi seputar SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat, maka DomainJava.com adalah blog yang tepat untuk menemukan jawabannya.

Artikel yang berjudul SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat ini kami kumpulkan dalam satu topik pembahasan yang bisa kalian baca di kategori Soal.

Yuk langsung saja simak SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat di bawah ini.

Soal Lengkap: Sebuah perusahaan manufaktur mengalami penurunan laba meskipun volume penjualannya meningkat. Setelah dilakukan evaluasi awal, ditemukan bahwa banyak aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities) masih dilakukan secara rutin. Tim manajemen mempertimbangkan untuk menggunakan pendekatan Activity-Based Management (ABM) agar dapat mengidentifikasi dan mengelola aktivitas yang menyebabkan pemborosan biaya.

1. Jelaskan pengertian Activity-Based Management (ABM) ?

2. Apa hubungan antara Activity-Based Costing (ABC) dan ABM?

3. Berikan dua contoh aktivitas yang tidak bernilai tambah (non-value added activities) dalam perusahaan manufaktur dan bagaimana ABM dapat mengatasinya.

Jawaban :

Pemanfaatan Activity-Based Management (ABM) untuk Mengelola Aktivitas Non-Value Added pada Perusahaan Manufaktur

Dalam praktik manufaktur modern, peningkatan volume penjualan tidak selalu menjamin peningkatan laba. Banyak perusahaan mengalami situasi di mana laba menurun meskipun penjualan meningkat. Salah satu penyebabnya adalah adanya aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah (non-value added activities) yang masih rutin dilakukan. Aktivitas ini bisa berupa pekerjaan yang berulang, waktu tunggu yang lama, prosedur yang berlebihan, atau penyimpanan barang yang tidak efisien.

Untuk mengatasi permasalahan ini, perusahaan dapat menerapkan pendekatan Activity-Based Management (ABM). ABM memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasi dan mengelola aktivitas yang menyebabkan pemborosan biaya, sehingga proses operasional menjadi lebih efisien dan laba dapat meningkat.


1. Pengertian Activity-Based Management (ABM)

Activity-Based Management (ABM) adalah pendekatan manajemen yang berfokus pada pengelolaan aktivitas perusahaan dengan tujuan utama meningkatkan efisiensi dan efektivitas. ABM memanfaatkan informasi biaya yang diperoleh dari Activity-Based Costing (ABC) untuk:

ABM tidak hanya menampilkan data biaya, tetapi juga membantu manajemen memutuskan aktivitas mana yang harus disederhanakan, ditingkatkan, atau dihilangkan, sehingga biaya dapat dikendalikan dan nilai bagi pelanggan meningkat.


2. Hubungan antara Activity-Based Costing (ABC) dan ABM

Activity-Based Costing (ABC) adalah metode akuntansi yang mengalokasikan biaya secara lebih akurat berdasarkan aktivitas yang dilakukan dalam proses produksi atau operasional. ABC membantu perusahaan memahami biaya yang terkait dengan setiap aktivitas, termasuk aktivitas yang bernilai tambah maupun yang tidak.

Hubungan antara ABC dan ABM adalah:

Dengan kata lain, ABC menjawab pertanyaan “berapa biaya setiap aktivitas?”, sedangkan ABM menjawab pertanyaan “apa yang harus dilakukan untuk mengurangi biaya dan meningkatkan nilai?”. ABM adalah langkah lanjutan dari ABC yang mengubah data biaya menjadi tindakan strategis manajerial.


3. Contoh Aktivitas Non-Value Added dan Penanganannya dengan ABM

Dalam perusahaan manufaktur, terdapat berbagai aktivitas yang tidak bernilai tambah. Berikut dua contohnya:

Contoh 1: Persediaan Berlebih

  • Deskripsi: Menyimpan bahan baku atau produk jadi dalam jumlah berlebih dapat menimbulkan biaya penyimpanan tinggi, risiko kerusakan barang, dan penggunaan ruang gudang yang tidak efisien. Aktivitas ini tidak memberikan nilai tambah bagi pelanggan.

  • Penanganan dengan ABM: ABM menganalisis biaya yang timbul akibat persediaan berlebih menggunakan data ABC. Berdasarkan analisis tersebut, perusahaan dapat menerapkan strategi just-in-time (JIT) untuk menyesuaikan stok dengan kebutuhan produksi secara tepat waktu. Dengan demikian, biaya penyimpanan dapat dikurangi, efisiensi meningkat, dan ruang gudang lebih optimal.

Contoh 2: Pemeriksaan Kualitas Berulang

Hasilnya, pemeriksaan kualitas yang berulang dapat diminimalkan, biaya produksi menurun, dan kualitas produk tetap terjaga.


Manfaat ABM dalam Mengelola Aktivitas Non-Value Added

  1. Pengurangan biaya operasional: Menghapus atau menyederhanakan aktivitas yang tidak bernilai tambah menurunkan biaya produksi dan operasional.

  2. Efisiensi proses produksi: Proses menjadi lebih cepat, lancar, dan minim kesalahan.

  3. Peningkatan laba: Dengan biaya yang lebih terkendali dan proses yang efisien, laba perusahaan meningkat.

  4. Fokus pada pelanggan: Aktivitas yang ditingkatkan adalah aktivitas yang memberikan manfaat langsung bagi pelanggan, seperti kualitas produk dan layanan.

  5. Keputusan manajerial berbasis data: ABM memberikan dasar untuk pengambilan keputusan strategis yang tepat berdasarkan analisis biaya aktivitas yang akurat.


Kesimpulan

Activity-Based Management (ABM) merupakan pendekatan manajemen yang efektif untuk meningkatkan efisiensi dan profitabilitas perusahaan manufaktur. ABM menggunakan informasi dari Activity-Based Costing (ABC) untuk:

Contoh aktivitas non-value added seperti persediaan berlebih dan pemeriksaan kualitas berulang dapat diatasi melalui perbaikan proses, pengendalian stok, dan pelatihan karyawan. Dengan penerapan ABM yang tepat, perusahaan dapat mengoptimalkan biaya, meningkatkan efisiensi, dan menciptakan keunggulan kompetitif di pasar.


Referensi:

  1. Kaplan, R. S., & Cooper, R. (1998). Cost & Effect: Using Integrated Cost Systems to Drive Profitability and Performance. Harvard Business School Press.

  2. Drury, C. (2013). Management and Cost Accounting. Cengage Learning.

  3. Horngren, C. T., Datar, S. M., & Rajan, M. V. (2015). Cost Accounting: A Managerial Emphasis. Pearson.

  4. Turney, P. B. B. (1991). Activity-Based Costing: The Performance Breakthrough. Productivity Press.

Apabila terdapat hal-hal yang kurang jelas setelah membaca artikel diatas yakni SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat, kami menyarankan pembaca untuk mencari referensi tambahan dari sumber lain yang terpercaya.

Demikian penjelasan DomainJava.com terkait SEBUAH Perusahaan Manufaktur Mengalami Penurunan Laba Meskipun Volume Penjualannya Meningkat yang diulas secara lengkap. Jangan lupa kunjungi artikel lainnya di Google News untuk menambah pengetahuan kalian, terima kasih dan semoga bermanfaat.

Disclaimer:
   

Seluruh konten yang dipublikasikan di DomainJava ditujukan untuk tujuan informasi dan edukasi. Kami tidak menyarankan maupun mendukung akses ke tautan yang melanggar hukum atau kebijakan yang berlaku, termasuk namun tidak terbatas pada:

  • Tautan untuk pengunduhan ilegal (software, film, musik, dll.)
  • Konten yang melanggar hak cipta atau lisensi
  • Situs pihak ketiga yang mengandung malware, phishing, atau konten berbahaya lainnya
  • Aktivitas yang bertentangan dengan etika digital dan hukum nasional/internasional

Catatan Penting:
      DomainJava tidak bertanggung jawab atas tindakan pengguna setelah mengakses tautan eksternal yang disertakan dalam postingan. Kami menganjurkan pengguna untuk selalu berhati-hati dan bertindak secara bijak, serta memastikan bahwa setiap aktivitas online dilakukan secara legal dan bertanggung jawab.    

Jika Anda menemukan tautan yang mencurigakan atau tidak sesuai, silakan hubungi kami melalui halaman kontak untuk peninjauan lebih lanjut.

Artikel Terkait