Azas Konsentris dalam Menyikapi Keberagaman dan Pengaruh Budaya Luar: Menjaga Jati Diri dalam Proses Pembelajaran
Azas konsentris, sebagaimana yang dijelaskan oleh Ki Hadjar Dewantara, merupakan salah satu prinsip penting dalam pendidikan yang dapat diterapkan untuk menyikapi keberagaman budaya dan pengaruh budaya luar dalam kehidupan masyarakat, khususnya dalam konteks pendidikan. Azas ini menekankan bahwa pendidikan harus berfokus pada peserta didik sebagai pusat, dengan segala kekayaan budaya dan keanekaragaman yang ada di sekitar mereka, namun tetap mempertahankan dan menumbuhkan karakter budaya asli yang menjadi jati diri bangsa.
Dalam menghadapi fenomena globalisasi yang membawa berbagai pengaruh budaya asing, azas konsentris ini menjadi sangat relevan untuk diterapkan, terutama dalam konteks pendidikan di Indonesia. Globalisasi membawa kemajuan dan perubahan yang sangat cepat, namun juga menyertakan tantangan berupa terjangan budaya luar yang bisa memengaruhi karakter dan identitas suatu bangsa. Oleh karena itu, penting bagi pendidikan untuk menempatkan keberagaman dan pengaruh dari luar dalam kerangka yang berpusat pada karakter budaya lokal sebagai pusatnya.
Pengertian Azas Konsentris
Azas konsentris dalam konteks pendidikan adalah prinsip yang mengutamakan peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran, dengan segala hal yang mengelilinginya—baik itu pengetahuan, budaya, atau pengalaman—ditempatkan sebagai bagian yang mendukung perkembangan peserta didik. Dalam konteks ini, konsentris berarti bahwa segala hal yang diajarkan atau dipelajari oleh peserta didik harus berputar di sekitar mereka, sesuai dengan kebutuhan dan potensi mereka, tanpa kehilangan jati diri dan akar budaya mereka.
Bagi Ki Hadjar Dewantara, konsentrasi pendidikan bukan hanya pada penguasaan pengetahuan, tetapi juga pada penguatan karakter budaya bangsa. Dengan prinsip ini, setiap individu diharapkan bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan kemampuannya, tanpa harus kehilangan identitasnya sebagai bagian dari suatu bangsa dan budaya yang lebih besar.
Menyikapi Keberagaman dan Pengaruh Budaya Luar
Di tengah arus globalisasi yang membawa pengaruh budaya luar, pendidikan berbasis azas konsentris berfungsi untuk menjaga keseimbangan antara membuka diri terhadap budaya asing dengan mempertahankan jati diri budaya lokal. Dalam hal ini, keberagaman yang ada—baik dari segi etnis, bahasa, agama, dan latar belakang budaya lainnya—dapat dihargai dan diterima, namun tetap diselaraskan dengan nilai-nilai luhur yang dimiliki oleh bangsa.
Dalam praktik pendidikan, hal ini berarti bahwa meskipun siswa diperkenalkan dengan berbagai budaya dan pengetahuan dari luar, mereka tetap diajarkan untuk memahami dan menghargai budaya asli mereka sendiri. Dengan demikian, meskipun dunia semakin terhubung, siswa tetap memiliki fondasi yang kuat terkait dengan identitas budaya mereka. Ini juga memastikan bahwa mereka tidak terombang-ambing oleh arus globalisasi yang bisa saja mengikis nilai-nilai tradisional yang mereka miliki.
Menjaga Jati Diri Siswa dalam Proses Pembelajaran
Penerapan azas konsentris dalam menyikapi pengaruh budaya luar dan keberagaman juga berarti memberikan ruang bagi siswa untuk mengembangkan diri mereka secara maksimal, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun karakter, tanpa kehilangan jati diri mereka sebagai warga bangsa. Proses pembelajaran harus berfokus pada karakter lokal yang menjadi dasar identitas siswa, tetapi tetap terbuka terhadap ide-ide baru yang dapat memperkaya pengetahuan mereka.
Dalam konteks ini, pendidik berperan penting dalam memfasilitasi proses tersebut. Guru tidak hanya sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai pemandu yang dapat membantu siswa memahami dan menyeimbangkan antara nilai-nilai budaya lokal dengan pengaruh budaya luar yang mereka temui. Guru juga dapat mendorong siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang mereka pelajari dengan cara yang sesuai dengan nilai-nilai budaya lokal, sehingga mereka dapat berpartisipasi aktif dalam masyarakat global tanpa kehilangan jati diri budaya mereka.
Kesimpulan
Azas konsentris yang diusung oleh Ki Hadjar Dewantara memberikan arah bagi pendidikan untuk tetap menjaga keseimbangan antara keterbukaan terhadap keberagaman dan pengaruh budaya luar dengan mempertahankan dan menumbuhkan karakter budaya bangsa. Dengan menempatkan karakter budaya sebagai pusat dalam proses pendidikan, siswa diharapkan dapat berkembang secara maksimal tanpa kehilangan identitas dan jati diri mereka. Pendidikan berbasis azas konsentris menjamin bahwa keberagaman dan pengaruh asing tidak akan merusak nilai-nilai luhur yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, melainkan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperkaya pengalaman dan perspektif siswa.