1. Apakah kebijakan yang dilakukan oleh PT Cipta Karya Baru sudah berjalan efektif?
Berdasarkan informasi yang diberikan, kebijakan yang diterapkan oleh PT Cipta Karya Baru, yaitu penerapan sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dan perubahan sistem kerja menjadi hybrid, belum sepenuhnya berjalan efektif. Meskipun kedua kebijakan ini berpotensi untuk meningkatkan efisiensi dan pengambilan keputusan berbasis data real-time, ada beberapa masalah yang muncul setelah implementasi yang menunjukkan bahwa kebijakan ini belum berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.
Masalah yang terjadi di bagian produksi dan logistik, seperti penolakan terhadap penggunaan sistem baru dan adanya perasaan diawasi, menunjukkan adanya ketidaknyamanan dan resistensi terhadap perubahan. Selain itu, jika karyawan merasa bahwa sistem ERP itu rumit dan lebih banyak mengurangi kenyamanan kerja daripada menambah kemudahan, maka hal ini menandakan bahwa proses transisi dan pelatihan dalam implementasi ERP belum dilakukan secara maksimal. Demikian juga, perubahan sistem kerja menjadi hybrid yang seharusnya meningkatkan fleksibilitas, justru memunculkan perasaan ketidakpercayaan dan menurunnya motivasi karyawan, yang dapat mengurangi efektivitas kebijakan ini.
Jadi, meskipun ada niat baik untuk modernisasi, kebijakan ini tidak sepenuhnya efektif karena kurangnya keterlibatan karyawan dalam proses perubahan, kurangnya pelatihan yang memadai, dan kurangnya komunikasi yang jelas mengenai tujuan dan manfaat kebijakan tersebut bagi karyawan.
2. Apa ciri-ciri pengawasan yang efektif?
Pengawasan yang efektif memiliki beberapa ciri-ciri utama yang perlu diperhatikan, di antaranya:
-
Transparansi dan Keterbukaan: Pengawasan yang efektif harus didasarkan pada informasi yang jelas dan terbuka. Karyawan harus memahami mengapa pengawasan dilakukan, apa tujuannya, dan bagaimana hal ini berdampak pada mereka.
-
Keterlibatan Karyawan: Pengawasan yang efektif tidak hanya dilakukan oleh atasan atau manajer, tetapi juga melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan dan evaluasi kinerja. Ini menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap hasil kerja.
-
Pengawasan yang Berdasarkan Kepercayaan: Pengawasan harus menumbuhkan rasa kepercayaan antara manajemen dan karyawan, bukan menciptakan rasa tertekan atau merasa selalu diawasi. Kepercayaan ini sangat penting untuk meningkatkan motivasi dan kinerja karyawan.
-
Fleksibilitas dan Adaptasi: Pengawasan yang efektif harus mampu beradaptasi dengan kondisi dan kebutuhan yang berubah. Fleksibilitas ini penting untuk memastikan bahwa sistem pengawasan tidak ketinggalan zaman dan dapat berkembang seiring waktu.
-
Penggunaan Teknologi yang Tepat: Dalam konteks transformasi digital, pengawasan yang efektif juga dapat memanfaatkan teknologi untuk mempermudah pemantauan dan memberikan feedback yang lebih cepat kepada karyawan, tetapi tetap menghargai privasi dan autonomi karyawan.
-
Feedback yang Konstruktif: Pengawasan yang efektif harus memberikan feedback yang membangun dan solusi yang jelas atas setiap masalah atau kendala yang ditemukan, sehingga karyawan merasa diberdayakan untuk melakukan perbaikan.
3. Mengapa muncul perlawanan dari karyawan terhadap kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan?
Perlawanan dari karyawan terhadap kebijakan yang diterapkan oleh PT Cipta Karya Baru, baik terkait dengan penerapan sistem ERP maupun perubahan sistem kerja menjadi hybrid, dapat muncul karena beberapa alasan utama:
-
Kurangnya Pemahaman dan Pelatihan: Karyawan, terutama di bagian produksi dan logistik, mungkin merasa sistem ERP yang baru terlalu rumit dan sulit digunakan karena mereka tidak mendapatkan pelatihan yang memadai atau tidak diberi pemahaman yang jelas tentang bagaimana sistem ini akan membantu mereka dalam pekerjaan sehari-hari. Perubahan yang tiba-tiba tanpa pembekalan yang cukup sering kali menimbulkan kebingungan dan penolakan.
-
Perubahan yang Tidak Diinginkan: Setiap perubahan besar dalam perusahaan, terutama yang menyangkut sistem kerja, dapat memunculkan rasa tidak nyaman dan ketidakpastian di kalangan karyawan. Sistem kerja hybrid, yang mengharuskan karyawan untuk bekerja dari rumah, dapat dirasa mengganggu rutinitas dan pola kerja yang sudah mapan, terutama bagi karyawan yang merasa lebih nyaman dengan cara kerja tradisional.
-
Kehilangan Kontrol dan Rasa Diawasi: Dengan penerapan teknologi seperti ERP, sering kali muncul persepsi bahwa karyawan akan diawasi secara ketat. Di beberapa divisi, seperti produksi dan logistik, yang mengandalkan pengawasan langsung dan fisik, penerapan pengawasan berbasis sistem bisa menimbulkan rasa diawasi yang berlebihan. Ini bisa menurunkan motivasi dan menyebabkan perasaan tidak nyaman di kalangan karyawan.
-
Kurangnya Partisipasi dalam Proses Perubahan: Perubahan yang tidak melibatkan karyawan dalam proses perencanaan atau pengambilan keputusan cenderung menimbulkan perasaan tidak dihargai. Jika karyawan merasa bahwa kebijakan tersebut hanya ditentukan oleh manajemen tanpa mempertimbangkan kebutuhan dan masukan mereka, mereka akan lebih cenderung menolak perubahan tersebut.
-
Kecemasan Terhadap Pengaruh Teknologi: Penggunaan teknologi baru sering kali menimbulkan ketakutan, terutama bagi karyawan yang merasa tidak terbiasa dengan penggunaan perangkat lunak atau sistem baru. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan atau kesulitan beradaptasi dengan teknologi baru bisa memperburuk perlawanan terhadap kebijakan tersebut.
4. Bagaimana cara mengatasi perlawanan terhadap kebijakan pengendalian pada PT Cipta Karya Baru agar tujuan perusahaan tetap tercapai?
Untuk mengatasi perlawanan terhadap kebijakan pengendalian dan memastikan bahwa tujuan perusahaan tercapai, beberapa langkah yang bisa diambil oleh manajemen PT Cipta Karya Baru antara lain:
-
Meningkatkan Komunikasi dan Transparansi: Manajemen perlu menjelaskan dengan jelas tujuan dan manfaat dari kebijakan yang diterapkan, terutama mengenai penerapan sistem ERP dan sistem kerja hybrid. Karyawan perlu tahu bagaimana perubahan ini akan menguntungkan mereka dan perusahaan dalam jangka panjang.
-
Memberikan Pelatihan yang Memadai: Salah satu penyebab utama perlawanan adalah kurangnya pemahaman tentang cara menggunakan sistem baru. Oleh karena itu, perusahaan perlu menyediakan pelatihan intensif agar karyawan merasa lebih percaya diri dalam menggunakan sistem ERP. Pelatihan harus disesuaikan dengan kebutuhan tiap divisi.
-
Melibatkan Karyawan dalam Proses Perubahan: Karyawan harus dilibatkan sejak awal dalam proses perencanaan dan implementasi kebijakan. Melalui feedback dan diskusi terbuka, perusahaan dapat menemukan solusi yang lebih baik dan membuat karyawan merasa menjadi bagian dari perubahan tersebut.
-
Menyediakan Dukungan yang Terus-Menerus: Setelah implementasi kebijakan, perusahaan harus menyediakan support system yang dapat membantu karyawan mengatasi masalah yang muncul. Misalnya, menyediakan tim IT atau support desk untuk mengatasi kesulitan teknis dengan sistem ERP.
-
Menumbuhkan Kepercayaan dan Memberikan Otonomi: Untuk mengurangi perasaan diawasi, penting untuk menciptakan lingkungan yang lebih berorientasi pada hasil daripada kontrol yang ketat. Berikan karyawan keleluasaan dalam menjalankan tugasnya dan beri penghargaan atas pencapaian yang baik.
-
Memberikan Insentif dan Penghargaan: Untuk meningkatkan motivasi, perusahaan bisa memberikan insentif bagi karyawan yang berhasil beradaptasi dengan perubahan atau yang menunjukkan peningkatan kinerja berkat implementasi kebijakan baru ini.
Kesimpulan
Transformasi digital yang diterapkan oleh PT Cipta Karya Baru memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi perusahaan, namun implementasi yang terburu-buru tanpa mempertimbangkan aspek komunikasi, pelatihan, dan keterlibatan karyawan menyebabkan perlawanan. Untuk memastikan kebijakan ini berhasil, perusahaan perlu mengatasi masalah-masalah yang ada dengan pendekatan yang lebih inklusif dan mendukung kebutuhan karyawan.