Pertanyaan serupa

0 Suara
1 Jawaban
Ditanyakan 17 Jam lalu oleh admin (13.0rb Poin)
0 Suara
1 Jawaban
Ditanyakan 17 Jam lalu oleh admin (13.0rb Poin)
0 Suara
2 Jawaban
Ditanyakan 18 Jam lalu oleh admin (13.0rb Poin)
0 Suara
lalu oleh (13.0rb Poin)
Pendidikan Budi Pekerti harus selaras dengan nilai-nilai pancasila. Bagaimana Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tentang budi pekerti?

A. Karakter seseorang yang dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor lingkungan dan faktor keadaan
B. Kemampuan seseorang dalam menangkap fenomena alam dengan panca inderanya
C. Budi pekerti berkaitan dengan kemampuan kognitif atau berpikir Kemampuan kognitif atau dalam mengambil keputusan
D. Perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik)
E. Kemampuan kodrat manusia atau individu yang tidak berkaitan dengan bagian biologis dan berperan menentukan karakter seseorang

2 Jawaban

0 Suara
lalu oleh (13.0rb Poin)

Pendidikan Budi Pekerti dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara, tokoh pendidikan Indonesia, memiliki pandangan yang sangat mendalam tentang pendidikan budi pekerti. Budi pekerti, dalam konsep Ki Hadjar Dewantara, bukan sekadar pembentukan perilaku yang baik, tetapi juga merupakan perpaduan dari tiga dimensi utama dalam perkembangan manusia, yaitu cipta, rasa, dan karsa. Konsep ini mengintegrasikan aspek kognitif (cipta), afektif (rasa), dan psikomotorik (karsa) dalam pendidikan untuk membentuk karakter yang utuh pada peserta didik.

Penjelasan Konsep Budi Pekerti Ki Hadjar Dewantara

Dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, budi pekerti lebih dari sekadar perbuatan atau perilaku moral. Budi pekerti adalah hasil dari proses pendidikan yang menyentuh seluruh aspek kehidupan manusia. Berikut adalah penjelasan mengenai tiga komponen utama yang membentuk budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara:

  1. Cipta (Kognitif)
    Cipta mengacu pada kemampuan berpikir, menganalisis, dan memahami suatu fenomena atau masalah. Dalam konteks pendidikan, ini berarti peserta didik diajarkan untuk berpikir dengan logis dan rasional, serta mengembangkan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai moral yang benar. Pendidikan yang berbasis cipta akan memfasilitasi anak untuk dapat berpikir kritis dan memiliki wawasan yang luas.

  2. Rasa (Afektif)
    Rasa adalah dimensi emosional yang berkaitan dengan perasaan dan empati. Rasa ini mengacu pada kemampuan seseorang untuk merasakan, menghayati, dan memahami nilai-nilai kemanusiaan serta mengembangkan sikap empati terhadap sesama. Dalam pendidikan budi pekerti, rasa mengajarkan anak untuk memiliki sikap yang penuh kasih sayang, menghargai orang lain, dan menjaga hubungan sosial yang harmonis.

  3. Karsa (Psikomotorik)
    Karsa berhubungan dengan tindakan atau perbuatan nyata yang dilakukan berdasarkan cipta dan rasa. Dalam konteks pendidikan, karsa mencakup kemampuan untuk mewujudkan pengetahuan (cipta) dan perasaan (rasa) dalam bentuk perilaku nyata yang baik dan bermanfaat bagi orang lain. Pendidikan yang berfokus pada karsa mendorong peserta didik untuk melakukan tindakan nyata yang mencerminkan nilai-nilai moral yang telah dipelajari.

Pentingnya Perpaduan Cipta, Rasa, dan Karsa

Perpaduan antara cipta, rasa, dan karsa ini penting karena untuk membentuk seseorang yang berbudi pekerti luhur, tidak cukup hanya dengan memberi pengetahuan atau pemahaman moral saja (cipta), tetapi juga perlu diimbangi dengan pengembangan rasa yang empatik dan tindakan nyata yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah dipelajari. Dengan kata lain, pendidikan budi pekerti harus mencakup aspek intelektual (pengetahuan), emosional (rasa), dan keterampilan (tindakan).

Aplikasi dalam Pendidikan di Indonesia

Pendidikan budi pekerti yang selaras dengan nilai-nilai Pancasila adalah tujuan yang harus diusahakan dalam setiap aspek pendidikan di Indonesia. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia mengandung nilai-nilai luhur yang menjadi pedoman hidup bagi seluruh rakyat Indonesia. Dalam konteks ini, budi pekerti yang baik tidak hanya mencakup pengembangan individu secara pribadi, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan karakter bangsa yang berbudi pekerti luhur, menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, dan cinta tanah air.

Jawaban yang Tepat: D. Perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektif) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik)

Dalam pilihan jawaban di atas, yang paling tepat adalah D, yaitu perpaduan antara cipta (kognitif), rasa (afektif), dan karsa (psikomotorik). Hal ini sesuai dengan penjelasan Ki Hadjar Dewantara mengenai pendidikan budi pekerti yang utuh dan menyeluruh, yang melibatkan tiga dimensi penting: pemikiran yang bijaksana, perasaan yang penuh empati, dan tindakan yang bermanfaat.

Kesimpulan

Budi pekerti menurut Ki Hadjar Dewantara adalah perpaduan antara cipta, rasa, dan karsa yang membentuk karakter seseorang. Pendidikan budi pekerti ini tidak hanya melibatkan pengetahuan atau pemahaman (kognitif), tetapi juga perasaan (afektif) dan tindakan nyata (psikomotorik). Konsep ini penting diterapkan dalam pendidikan di Indonesia untuk membentuk karakter anak yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berakhlak mulia dan memiliki integritas sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

0 Suara
lalu oleh (13.0rb Poin)
Kunci Jawaban: Pendidikan Budi Pekerti harus selaras dengan nilai-nilai pancasila. Bagaimana Ki Hadjar Dewantara menjelaskan tentang budi pekerti? Perpaduan antara cipta (kognitif) dan rasa (afektlf) sehingga menghasilkan karsa (psikomotorik)
...